March 23, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Belajar Dari Zaid Bin Tsabit

Oleh : W.Irvandi

Allah SWT berfirman : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah [TQS. Ali Imran : 110]

Di dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik termasuk para pemudanya. Syarat menjadi umat terbaik juga sudah dijelaskan oleh Allah SWT yakni menyuruh keada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Tentu saja dilandasi iman kepada Allah SWT.

Namun sangat miris realitas hari ini dengan serangan sosial, budaya dan pemikiran dari Barat banyak umat Islam tidak lagi dalam kondisi menjadi umat terbaik, termasuk juga para pemudanya. Pemuda-pemuda masih terlibat di dalam permasalahan pribadi dan sosial yang tak kunjung selesai. Bahkan tidak ada bedanya antara pemuda Muslim dan pemuda yang ada di Barat hari ini.

Kita bisa mengambil pelajaran di masa lalu, di saat Rasulullah saw membina para pemuda dan mendidikan mereka dengan iman dan Al-qur’an. Mereka tumbuh menjadi pemimpin, bahkan tidak sekedar memimpin negara sebagaimana Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang menjadi Khalifah di antara Khulafaurrasyidin, tetapi juga menjadi pemimpin di medan pertempuran seperti Usamah bin Zaid.
Pemuda dan remaja Muslim hari ini sudah kehilangan sosok sebagai suri tauladan dan contoh. Mereka telah lepas dari Islam dan sejarahnya. Celakanya, mereka lebih akrab dengan budaya para artis hip-hop, korean style, hingga gaya pergaulan dari Barat. Terlebih lagi membuang waktu dengan menikmati pesta, musik, game online, film dan berfashion mewah.

Akibatnya sikap membangkang, memberontak dan bebas tumbuh di diri para remaja. Mereka lebih nyaman bergaul sosial dengan teman sendiri daripada dengan darah daging mereka yang kadang cenderung monoton. Serba penuh larangan dan pemaksaan. Hal ini dikarenakan juga keluarga sebagai institusi pertama pendidikan telah jauh dari Islam.

Mungkin kita bisa belajar dari salah seorang pemuda di masa Rasulullah saw. Zaid bin Tsabit namanya. Pada tahun kedua setelah hijrah ke Madinah di saat Rasulullah saw menyelesaikan pemeriksaan akhir pasukan Muslim untuk melaksanakan jihad berhadapan dengan orang-orang yang telah menyiksa umat Muslim selama bertahun-tahun dan mereka yang telah menghalangi dakwah, ketika itu seorang anak yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati barisan pasukan Muslim.

Zaid lah yang berjalan penuh percaya diri dan waspada. Ia membawa sebilah pedang yang sama panjang atau bahkan lebih sedikit daripada tinggi badannya. Ia mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu.”

Rasulullah saw yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk pundaknya penuh kasih sayang. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolak keinginannya untuk bergabung dengan pasukan Muslim karena usianya masih terlalu muda. Zaid pun berbalik dengan perasaan sedih.

Namun, keinginannya yang kuat mendorong Rasulullah saw memberikan kepadanya tugas yang membutuhkan kecerdasan, keterampilan dan ketekunan, karena Zaid memang berusaha keras mencari ilmu pengetahun dan menghafal al-Qur’an. Akhirnya Rasulullah saw pun mengatakan kepadanya “Zaid, pergilah belajar tulisan Yahudi,”.

Zaid mengiyakan perintah tersebut sehingga ia belajar bahasa Ibrani dengan antusias dan menjadi fasih serta di kemudian hari mejadi sekretaris Rasulullah saw. Zaid lah yang membaca dan menerjemahkan surat-surat teks berbahasa Ibrani kepada Rasulullah. Begitu juga ketika Zaid diperintahkan utnuk belajar bahasa Syriac, ia pun menaatinya.

Demikianlah, Zaid mempunyai fungsi yang penting bagi Islam dan dakwah Islam. Seorang pemuda yang berupaya hadir dan terlibat di dalam membangun peradaban Islam, tanpa harus menunggu instruksi atau komando, tetapi menawarkan diri untuk siap diperintahkan. Akhirnya Zaid pun menjadi salah seorang sahabat yang mendapat tugas mulia yaitu sebagai penulis wahyu dan ayat al-Quran setelah ayat-ayat tersebut diturunkan.

Masih banyak contoh sahabat Nabi lainnya yang masih muda dan belia untuk dijadikan pelajaran. Tidak hanya laki-laki namun juga ada yang dari kaum perempuan diantaranya A’isyah ra, istri Rasulullah saw dan Asma’ binti Abu Bakar, putri sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka semua sudah memberikan kontribusi besar kepada Islam dam mencapi prestasi untuk mencari ridho Allah SWT.

Inilah wujud pemuda yang harus dibentuk. Memiliki pemahaman Islam, mengambil peran dalam Islam dan dakwahnya serta melanjutkan estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Dan terutama para pemuda tersebut melakukan semuanya itu karena mengharapkan ridho Allah SWT. Bagaimana dengan kita dan remaja saat ini? Ingatlah firman Allah menceritakan para pemuda :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” [TQS. Al-Kahfi : 13]

Ayat ini memberikan isyarat akan karakter pemuda dalam Al-Qur’an, yaitu mereka yang memiliki keimanan yang kokoh bukan mereka yang imannya cepat goyah karena iming-iming duniawi.[]

Wallahu’alam Bisshowwab