March 23, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Peran Negara Dan Umat Untuk Mengatasi Kontroversi Seputar Pandemi

BerandaIslam.com, – Berbagai macam kontroversi bermunculan seputar pandemi Covid-19 saat ini. Ada yang percaya dan ada juga yang menganggap ini adalah konspirasi global. Covid 19 itu tidak ada. Itu konspirasi. Buktinya orang yang dirawat di RS malah meninggal. Yang isoman malah sembuh.

Semua pandemi ini proyek. Proyeknya para penjajah dan rezim antek untuk mengambil keuntungan. Buktinya, piala Eropa saja sudah digelar. Singapura katanya sudah mau berdamai dengan covid 19. Bahkan China yang dianggap sebagai asal mula virus itu juga sudah bebas, khususnya di Wuhan. Dari keuntungan bisnis hingga adanya microchip yang ditanamkan. Begitu kurang lebih yang kita sering dengar telah membuat isu pandemi ini menjadi tambah runyam.

Kontroversi ini muncul karena sejak awal pemikiran dan konsep kapitalisme diterapkan yakni pemikiran untung dan rugi. Karena negara tidak mau rugi dan khawatir akan muncul kepanikan di tengah masyarakat maka tidak memberikan informasi dan kebijakan yang benar. Padahal apabila sejak awal masyarakat dididik dengan benar, dengan memberikan informasi yang benar dan jaminan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang layak serta menerapkan hukum dan keadilan dengan benar, maka kepercayaan terhadap berbagai kebijakan negara tentulah akan didukung oleh masyarakat.

Dalam pandangan Islam, serahkan urusan itu kepada ahlinya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat: 43 dan surat al-Anbiya ayat: 7
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”.

Dalam hal ini pula para ahli sains dan ilmu kedokteran menyatakan bahwa Covid-19 adalah virus. Virus ini, sebagaimana virus yang lain, adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan memiliki khasiat tertentu. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui dua lubang, hidung dan mulut, kemudian masuk dan bersarang di paru. Serangan virus ini bisa menyebabkan pengentalan bahkan darah beku, yang mengakibatkan penderita kekurangan oksigen. Meski masing-masing penderita kondisi daya tahan tubuhnya bisa berbeda-beda. Karena itu, ada yang bisa sembuh, dan tidak jarang yang berakhir dengan kematian.

Kalau dinilai ada bisnis, ini pemikiran perlu penjelasan yang berdasarkan fakta bukan asumsi. Paling tidak ada tiga penyebab kemungkinan munculnya virus ini, yang pertama secara alamiah, kedua ada kebocoran lab, dan yang ketiga sengaja diciptakan. Apabila sengaja diciptakan tentu ada hitungan bisnis, namun siapa yang diuntung ketika hampir semua negara jeblok secara perekonomian? Poin yang kedua juga kecil kemungkinan dikarenakan kondisi karakter virus itu sendiri yang menunjukkan hal tersebut. Dan kalau memang bisnis, maka yang diuntungkan tentulah perusahaan teleconference online atau situs belanja online. Berarti mereka penyebabnya. Apakah seperti itu?

Klaim bahwa yang meninggal malah yang dirawat di RS bukan yang isoman di rumah itu jelas pemikiran yang terlalu simpel. Logikanya seharusnya karena yang meninggal di RS dan masuk perawatan RS memang yang sudah gejala berat. Sehingga kalau banyak yang meninggal itu wajar saja. Apabila ada isoman banyak yang sembuh juga wajar karena memang kondisi mereka hanya gejala sedang atau ringan yang tidak perlu dirawat di RS. Apalagi terdapat fakta lain banyak juga kasus meninggal waktu isoman di rumah karena rumah sakit penuh sehingga gagal mendapatkan perawatan. Ini jelas perkara yang logis.

Secara statistik sekitar 80 % populasi yang terpapar virus itu OTG. 20 % populasi bergejala dari ringan sampai berat. Sementara angka kematian selitar 3 persen. Maka mayoritas manusia tanpa gejala meskipun beraktivitas tanpa masker dan merasa baik-baik saja. Keberadaan OTG ini justru menjadi penyebar virus kepada siapa saja termasuk kepada yang beresiko tinggi. Alangkah egoisnya orang yang tidak mau mengikuti prokes padahal dia tidak sadar telah menjadi penyebar virus ini bagi orang-orang yang memang lemah kondisinya.

Kita juga dapat menghitung bahwa jika 3 % saja yang perlu perawatan maka sistem kesehatan pasti jebol. RS tidak akan bisa menampung. Tenaga kesehatan tidak mampu melayani. Sementara fasilitas lain seperti oksigen dan obat-obatan juga tidak cukup. Kolaps. Dan 3% kematian itu menjadi angka yang sangat besar. Sehingga jumlah kematian akan semakin besar.

Covid ini memang mungkin tidak sama tingkat bahayanya bagi semua individu. Namun akan bisa menghancurkan sebuah negara dan masyarakat karena ketidaksiapan untuk mengantisipasinya. Bahkan bisa berdampak secara politik dan ekonomi. Selanjutnya rakyat lah yang jadi korban.

Penanganan amburadul sejak awal inilah yang semakin menjadikan wabah pandemi tidak karuan. Keengganan negara yang tidak mau rugi untuk menanggung segala macam bentuk pelayanan dan kesehatan merupakan alur pikir yang keliru karena konsep kapitalisme yang dianut.

Qadha’ adalah perbuatan yang menimpa kita, yang tidak bisa kita elakkan. Sedangkan qadar adalah khasiat yang diciptakan oleh Allah pada benda, termasuk mikroba. Covid-19 dengan khasiatnya adalah bagian dari qadar yang Allah ciptakan. Kita juga tahu, bagaimana dia masuk ke dalam tubuh kita? Melalui dua lubang hidung dan mulut. Karena itu, untuk menangkal atau menghindari masuknya virus ini di dalam tubuh kita, cara pertama adalah disiplin memakai masker, tidak banyak bicara, dan sedikit interaksi dengan orang asing. Ketika bicara tidak membuka masker.

Dari aspek ruhiyah tentu saja sikap ar-roja yakni berbaik sangka kepada Allah perlu kita tanamkan. Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah SWT telah memuji orang yang mengharapkan perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah memberikan pujian kepada orang yang takut kepada Allah. Sabar menghadapi cobaan dan ridho terhadap qodho juga harus wujudkan. Berdoa, berdzikir dan istigfar juga senantiasa dilakukan serta bertawakkal, ikhlas, introspeksi, bertaubat hingga terus meningkatkan hubungan dengan Allah.

Di sisi lain, Allah memerintahkan untuk selalu berikhtiar. Secara syariah peran negara adalah mengurusi urusan umat dan menjamin ketersediaan berbagai kebutuhan mereka semua. Kunci lain adalah peran umat dan rakyat. Umat yang mempunyai pemahaman, standarisasi dan keyakinan yang sama dengan negara. Bahkan, ketika negara dalam kondisi sulit, umat dengan suka rela mengasuh, mendukung, menjaga dan membantu negara. Bayangkan, jika negara selama ini memusuhi rakyat, apalagi jika negara itu terus-menerus melakukan tindakan yang diskriminatif terhadap rakyatnya.

Inilah pentingnya membangun negara dengan kekuatan rakyat. Rakyat berdiri menjadi pengasuh, penjaga dan penopang utama kekuasaan negara. Dan negara mengurus urusan mereka, memberikan apa yang menjadi haknya. Sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan dengan layak. Negara dan rakyat bergandengan tangan. Inilah rahasia, mengapa Khilafah bisa bertahan hingga 14 abad, dengan penerapan syariah untuk mengurusi rakyat dan mendapatkan dukungan dari rakyat. []
Wallahu’alam Bisshowwab