April 17, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Orang Belanja Melimpah Di Saat Wabah Masih Melanda

Oleh: Agustina (Aktivis Back To Muslim Identity)

Melimpahnya orang belanja di Pasar Tanah Abang terjadi pada Sabtu (1/5) hingga Minggu (2/5) sore. Pemprov DKI menilai pengunjung yang datang ke Pasar Tanah Abang pada Sabtu kemarin jumlahnya hampir 200 persen dari kapasitas. Kasus yang kemarin hari Sabtu saja sudah hampir 200 persen dari kapasitas Pasar Tanah Abang. (Detiknews.com, 2/5/2021).

Membludaknya kerumunan menjelang Lebaran dan potensi penyebaran virus tidak bisa dikembalikan pada kesadaran individu rakyat semata. Perlu didukung kebijakan yang selaras agar dapat mengantisipasi penyebarannya virus. Namun di sisi lain justru pemerintah meminta rakyat tetap membeli baju saat Lebaran, meski mudik dilarang. Kebijakan ini dianggap akan mendorong konsumsi dengan alasan untuk perbaikan ekonomi.

Sejak merebaknya wabah di dunia telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun pada sebagian besar wilayah. Khusus di Indonesia, Menteri Keuangan, punya cara jitu untuk mendongkrak perekonomian yang lagi lesu karena pandemi diantaranya dengan alternatif kebijakan dan strategi untuk mendorong perekonomian domestik. Hal itu disampaikan Sri Mulyani saat menyampaikan keterangan pers APBN, Kamis (6/5) lalu. Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani meminta masyarakat tetap menyambut Lebaran dengan penuh sukacita. Jangan lupa, kegiatan belanja menjelang Lebaran seperti membeli baju baru harus ada. Tujuannya agar kegiatan ekonomi tetap berjalan. (Wartaekonomi.co.id, 24/4/2021)

Sedangkan Presiden juga memberikan pesan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan virus. Meskipun kurva kasus Covid-19 sudah memadai sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro dan program vaksinasi. Tidak optimis berlebihan, puas diri, dan merasa situasi sudah aman. “Belum aman” katanya, dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/5/2021).

Kebijakan yang selaras antara pertumbuhan ekonomi dan penanganan penyebaran wabah diharapkan dapat menjadi solusi. Namun, justru kebijakan pemerintah yang mendorong konsumsi dengan alasan perbaikan ekonomi merupakan kebijakan yang pradoks. Pemerintah menerapkan standar ganda dalam upaya memutus rantai penularan wabah. Kebijakan cenderung terlihat ambigu, melarang berkumpul akan tetapi juga mendorong warga berkerumunan, demi pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian Indonesia masih terguncang, karena selama ini perekonomian hanya didukung dari sektor usaha kecil dan menengah, padahal sumber daya alam Indonesia melimpah, namun tak dikuasai dan dikelola sendiri. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi kapitalis yang telah menjadi pokok permasalahan. Sistem ekonomi kapitalis yang digunakan negara memiliki pondasi lemah, sehingga menyebabkan perekonmian rapuh. Perlu kita ketahui bahwa ekonomi saat ini mengandalkan sektor ekonomi non riil (ribawi) yaitu pasar modal, saham dan perbankan. Sehingga, menghasilkan sistem ekonomi yang rentan terhadap berbagai goncangan krisis terlebih disaat wabah melanda seperti sekarang ini.

Islam memiliki solusi yang sangat berbeda jauh jika yang digunakan adalah sistem ekonomi Islam yang tidak akan menggunakan eknomi riba dan fokus pada ekonomi sektor riil. Sumber hukum Islam yang digunakan bukanlah buatan manusia yang bersumber dari akal yang sangat terbatas. Namun, hukum, UU dan kebijakan yang dibuat bersumber dari Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan.

Sejarah juga telah mencatat di masa Islam diterapkan secara menyeluruh oleh negara. Baik dalam masalah pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik. Termasuk dalam penanganan wabah pun pernah dilakukan Umar bin Khatab RA sebagai penguasa. Dengan memilih menerapkan hadist Nabi Muhammad SAW. “Jika kalian mendengar suatu wabah di satu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya jika wabah itu terjadi ditempat kalian tinggal janganlah meninggalkan tempat itu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Umar pun memisahkan interaksi antara rakyatnya, ketika terjadi wabah di wilayah Syam.  Tidak lama wabah pun mereda, karena negara mengatasi wabah dengan konsep yang benar. Yaitu, dengan mengisolasi orang yang sakit dan orang yang sehat dipisahkan. Wabah penyakit pun perlahan-lahan mulai menghilang. Hakikinya juga adalah peran umat dengan pemahaman yang sama, yaitu mentaati pemimpinnya.

Hal ini akan berjalan, jika pemimpin menyadari posisinya sebagai pengurus dan pelayan umat. Pemimpin wajib melindungi dan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, serta menjamin kesehatan rakyatnya. Sebaliknya rakyat pun akan sejalan dengan pemimpin yang mengurusinya. Saling berkerjasama untuk satu tujuan membangun negara untuk kemaslahatan umat. Begitu penting peran negara dalam membangun. Selaras dengan kekuatan umat sebagai penopang, dan pemimpin sebagai penjaga. Walhasil sistem Islamlah membawa kemakmuran dan sebagai sistem alternatif untuk menjamin keadilan serta menghilangkan krisis ekonomi.[]

WaAllahu a’lam bish shawab