July 27, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Di Balik Konflik AS, Cina, Rusia Dan Ukraina

Mungkinkah ada Kesepakatan Baru AS-Cina?

Apakah mungkin dilakukan kesepakatan, semisal kesepakatan Kennedy dan Krushchev tahun 1961, antara Amerika dan Cina? Apalagi Cina sebagai kekuatan ekonomi global telah menjadi ancaman utama atas kekuatan Amerika Serikat? Lalu adakah hubungan ancaman Amerika untuk Cina di Taiwan dengan hal itu?

Jawabannya: Adanya kesepakatan semacam ini jauh kemungkinannya. Akan tetapi, Amerika bekerja untuk melibatkan Cina di dalam perang dengan Taiwan. Tujuannya agar Amerika dapat mengepung Cina dan menjadikan Cina tunduk pada keinginan Amerika. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah Cina mendukung Rusia di Ukraina. Amerika melakukan berbagai upaya untuk memprovokasi Cina. Amerika pun membentuk aliansi-aliansi di seputar Cina untuk bekerja melawan Cina dan menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Cina. Amerika pun telah melancarkan perang ekonomi terhadap Cina. Karena itu tampak bahwa Amerika akan terus berlanjut di dalam berbagai upaya ini sampai masalah Taiwan berakhir menurut suatu cara tertentu. Sebabnya, Cina bersikeras menggabungkan Taiwan kepada dirinya meski dengan kekuatan. Ini sebagaimana yang dinyatakan dalam lisan Presiden Cina, Xi Jinping, yang telah memperbarui masa jabatan ketiganya untuk lima tahun lagi. Dia mengatakan, “Cina tidak akan melepaskan haknya untuk menggunakan kekuatan terhadap Taiwan sebagai solusi akhir dan dalam kondisi ekstrem.” (Al-Jazeera, 16/10/2022).

Cina memonitor apa yang terjadi di Ukraina dan perkara yang akan terjadi sehingga penderitaan terhadap dirinya tidak berulang jika Rusia menderita kekalahan memalukan di Ukraina. Kita melihat Cina menahan diri dari mendukung Rusia di Ukraina. Bahkan Cina menarik diri setelah pada awalnya Cina mendeklarasikan dukungan kepada Rusia sampai batas paling jauh. Cina menandatangani kesepakatan dalam perkara ini dengan Rusia, tetapi kemudian Cina bersikap netral. Sikap ini membahayakan Rusia yang digambarkan oleh Putin dengan sikap seimbang, menampakkan pemahamannya terhadap sikap Cina sehingga tidak merugi jika dia mencela atau mengkritiknya.

Karena itu kemungkinan Amerika tidak mengikat perjanjian dengan Cina dengan suatu kesepakatan berbagi dunia sebagaimana yang dulu Amerika lakukan dengan Uni Soviet sampai Amerika menyelesaikan berbagai upaya ini.

Amerika juga tidak akan mengikat kesepakatan dengan Cina untuk mengakui Cina terhadap daerah pengaruh di kawasan Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Sebabnya, Amerika justru memobilisasi negara-negara melawan Cina dan bekerja mencegah kontrol Cina atas dua wilayah itu.

Mungkinkah Rusia Membalas AS Seperti dalam Krisis Rudal Kuba?

Rusia harusnya dapat membalas AS seperti dulu saat krisis rudal Kuba, dengan mengancam AS di wilayah yang dekat dengan AS, seperti yang dilakukan oleh Uni Soviet dulu. Lalu mengapa Rusia tidak melakukan itu?

Jawabannya: Ucapan ini tidak realistis berkaitan dengan Rusia yang merasa dan mengakui bahwa Amerika lebih kuat dari Rusia. Ini berbeda dengan Uni Soviet dulu yang kekuatannya sebanding dengan kekuatan Amerika. Untuk memperdalam makna-makna ini, harus dipahami bahwa kekuatan nuklir kedua negara hari ini sebanding. Namun, Amerika memiliki perisai rudal yang melindungi dirinya dari rudah-rudal Rusia. Perisai semacam ini tidak dimiliki oleh Rusia. Apa yang diumumkan oleh Rusia berupa pembuatan rudal baru yang mampu melampaui perisai rudal, hal itu masih pada tahap awal. Artinya, jumlah rudal nuklir Rusia yang memungkinkan untuk mencapai wilayah Amerika dan melewati perisai rudal baru sedikit yang ada dalam pelayanan riil. Sebaliknya, semua rudal lama Amerika yang dipasang untuk mencapai wilayah Rusia masih tetap memungkinkan bagi Amerika melakukan hal itu. Hal itu di luar kemajuan besar dalam persenjataan tradisional Amerika seperti drone, pesawat siluman dan rudal pintar yang semua itu tidak dimiliki oleh Rusia. Perang Ukraina membuktikan bahwa persenjataan udara Rusia lemah dan bahkan tidak dapat membuat Rusia mengendalikan wilayah udara satu negara seperti Ukraina. Pesawat tak berawak (drone) Rusia juga tertinggal. Banyak laporan malah berbicara tentang penggunaan pesawat tak berawak Iran dalam Perang Ukraina. Poin-poin kelemahan besar lainnya dari persenjataan konvensional Rusia telah diungkap oleh perang di Ukraina dan juga mengungkap delusi keagungannya. Negara adikuasa mana yang tidak dapat, dalam waktu sekitar delapan bulan, mengalahkan negara kecil seperti Ukraina, bahkan jika Ukraina menerima dukungan Barat?! Apa kehebatan Rusia, yang bergegas mundur dari sekitar Ibukota Kyiev, pada awal perang, sebelum dukungan Barat untuk Ukraina meningkat?! Artinya, ketika itu Ukraina masih kurang kuat!

Oleh karena itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, ucapan “bahwa Rusia dapat membalas AS seperti dalam krisis rudal Kuba” dengan mengancam AS pada jarak dekat” tidaklah realistis. Sebabnya, Rusia hari ini berbeda dengan Uni Soviet pada hari-hari ketika terjadi krisis rudal Kuba.

Seputar Gas dan Minyak Dunia dalam Krisis Ukraina

Eropa adalah pihak nomor satu yang dirugikan dari terputusnya rantai pasokan energi Rusia. Hal itu karena Eropa melihat bahaya ekspansi Rusia dekat dengannya. Oleh karena itu, dengan bersepakat dengan AS, Eropa ingin lebih mampu menghadapi Rusia ketika tidak bergantung pada gas dan minyak Rusia, dan Eropa siap menanggung akibatnya. Atas dasar itu, tidak dikatakan bahwa Amerika mengarahkan Eropa untuk melepaskan diri dari subordinasi energi Rusia, meskipun orientasi Amerika ini adalah strategi lama Amerika yang diperbarui. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa Amerika berhasil menguatkan posisi Ukraina, mendukung dan menyeretnya ke arah Barat dengan melibatkan Rusia di Ukraina. Artinya, melalui beberapa dekade intervensi di Ukraina, Amerika telah berhasil mendorong Rusia ke arah ini, yang hanya dapat dipahami sebagai ancaman bagi seluruh Eropa. Ketika ancaman Rusia terhadap Eropa menjadi kelihatan dan nyata, maka negara-negara Eropa secara sukarela menyelaraskan diri dengan strategi Amerika dan kemudian memutus sumber energi Rusia dari Eropa. Hal itu diikuti dengan kenaikan harga gas alam karena gas ini datang melalui banyak jalur pipa dan bukan melalui kapal tanker laut yang mengangkut gas alam cair, oleh karenanya harganya murah. Ketika pipa itu “terputus”, menjadi keharusan bagi Eropa untuk mengimpornya yang pada sebagian besarnya melalui kapal tanker laut.  Ini mahal disebabkan rekayasa pencairan gas di negara-negara pengekspor dan kemudian mengembalikannya lagi menjadi gas di negara-negara pengimpor di Eropa.

Adapun minyak, harganya telah mengalami kenaikan secara global, dan bukan hanya Eropa saja. Ini berbeda dengan gas. Amerika juga telah mengalami kerugian karena kenaikan harga minyak. Hal yang sama dapat dikatakan tentang gandum yang sumber Rusia dan Ukrainanya telah terganggu. Artinya, kenaikan harga gandum juga bersifat global dan tidak hanya Eropa. Di Eropa, seperti halnya di belahan dunia lainnya, masalah kurangnya gandum dan minyak adalah masalah harga yang tinggi karena kemungkinan mengangkutnya dari wilayah selain Rusia dan Ukraina. Adapun gas alam berbeda dengan itu, yakni disebabkan kemoderenan industri pencairan gas dan kelangkaan relatif tanker gas. Hal lain yang juga berkontribusi pada peningkatan ketergantungan dunia pada gas alam karena alasan-alasan yang telah dipromosikan selama beberapa dekade terkait dengan lingkungan dan iklim, yaitu, lebih sedikit polusi dan lebih sedikit bahayanya dari yang lainnya seperti batu bara dan energi nuklir.

Sementra itu, Amerika yang bermimpi menetapkan harga gas alam secara internasional dengan dolar, maka ini dipastikan. Namun, untuk mewujudkan itu terdapat banyak hambatan besar. Rusia bersepakat dengan Cina dan dengan negara-negara lain untuk melakukan pertukaran perdagangan menggunakan mata uang lokal. Pendekatan Rusia ini telah dilakukan sejak 2014. Bahkan banyak negara telah memikirkan semisalnya sejak krisis keuangan tahun 2009 ketika negara-negara di dunia menemukan ketergantungan mereka yang besar pada dolar AS. Dapat dikatakan bahwa pendekatan pertukaran perdagangan dengan selain dolar telah berjalan di dunia, meskipun masih terbatas. Mungkin Amerika menaikkan suku bunga dan kebijakan dolar kuat yang baru, yang mulai ditempuh pada tahun 2022, Tidak lain karena Amerika ingin memulihkan kepercayaan pada dolar dan melemahkan pendekatan untuk melakukan pertukaran perdagangan menggunakan mata uang lokal lainnya.  Dalam jangka panjang, kebijakan iklim mengarah pada lebih banyak ketergantungan pada gas alam secara internasional, dan meningkatkan pentingnya sumber energi ini. Oleh karena itu masalah penentuan harga dalam dolar sangat bermanfaat bagi Amerika.

Mungkin lebih penting untuk memperhatikan keberhasilan upaya Amerika untuk memotong rantai pasokan gas antara Rusia dan Eropa melalui pipa seperti jalur Nord Stream sebagai pemutusan jalur energi yang tidak dikendalikan oleh Amerika. Yang mengisyaratkan hal itu bahwa Amerika tidak menekan Turki untuk memotong jalur gas dengan Rusia dengan anggapan bahwa Turki adalah salah satu pengikut Amerika. Presiden Rusia Putin mengumumkan niat untuk mendirikan pusat Turki untuk memasok gas Rusia ke Eropa. Itu berarti bahwa Amerika menginginkan perdagangan gas Rusia ke Eropa di masa depan melalui jalur yang dikendalikan oleh Washington.[]

Syaikh ‘Atha Abu Rasytah; (Amir Hizbut Tahrir)

[Sumber: Dikutip sebagian dari situs  https://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/85150.html]