April 18, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Dalam Sejarah, Ada Pelajaran Bagi yang Berpikir

Beberapa pekan terakhir ini, jika di sebut film Jejak Khilafah di Nusantara, maka yang terbayang adalah horor yang mengerikan. Apalagi disematkan bahwa film tersebut mengandung propagandis, penuh dengan kebohongan dan tipu menipu, catut mencatut sampai caci maki netizen di sosmed. Padahal film nya sendiri belum dirilis.

Akhirnya, datang juga hari yang dianggap akan menjadi tonggak kegaduhan. Ternyata semua itu ambyar. Kebanyakan bagi yang telah menontonnya, film ini adalah pelurusan sejarah, pencerahan dan pembelajaran.

Film Jejak Khilafah di Nusantara yang ditayangkan kamis, 20 Agustus 2020 lalu terlihat seperti serangkaian angka yang cantik, bertepatan dengan hari yang paling bersejarah bagi umat Muslim, 1 Muharam 1442 H. Merupakan awal tarikh Islam yang ditandai dengan hijrahnya Rasulullah saw beserta kaum muslim. Hijrah menurut Umar bin Khathab adalah memperjelas haq dan bathil, cahaya dan kegelapan. Besar harapan sebagian orang agar film ini bisa menyembuhkan penyakit phobia dari membenci menjadi mencintainya.

Menurut ustadz Ismail Yusanto, sejarah perkara penting untuk dipelajari karena didalamnya ada ibroh bagi orang yang berpikir. Jika sejarah itu ditulis dengan benar, maka sejarah itu benar. Namun, sering kali terjadi pengaburan dan penguburan sejarah. Tergantung siapa yang menulisnya dan apa latar belakangnya. Padahal masa lalu merupakan kunci memahami masa depan.

Film ini membuktikan hubungan Nusantara dengan Khilafah itu nyata, ada terkonfirmasi, pernah diterapkan dan area pengaruhnya sampai ke ujung Nusantara. Sudah seharusnya, tak ada yang perlu ditakuti dengan Khilafah. Khilafah untuk menerapkan aturan dari Allah SWT, bagaimana mungkin aturan-Nya bisa menzholimi? Tentunya ini adalah hal yang mustahil. Justru yang ada malahan Khilafah menghadirkan hidayah serta kebaikan dan kebaikan. Dan yang sangat penting adalah insya Allah sejarah ini akan berulang kembali.

Wallahua’lam bishawab.

Shakila Karya – Aktivis Muslimah Kakap – Pontianak