March 23, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Dakwah Melalui Perjuangan Politik Dan Intelektual

BerandaIslam.com,- Indonesia sudah melewati tahun 2020 dengan banyak kejadian dan peristiwa yang telah menampakkan asas sekulerisme melalui sistem demokrasi dan kapitalisnya bekerja. Beberapa UU yang dibuat tidak berpihak kepada rakyat, sekaligus sikap para penguasa kepada pengemban dakwah, ulama dan ormas Islam. Kriminalisasi terjadi, pembungkaman dengan penjara dilakukan, bahkan sampai kejadian pembunuhan. Ormas-ormas Islam yang senantiasa menyuarakan kebenaran juga dibekukan.

Namun semua peristiwa tersebut tidak boleh diterima dengan sikap pasrah tanpa berbuat apa-apa. Karena secara sunnahtullah bahwa dakwah tafâ’ul ma’al ummah (interaksi dengan masyarakat) selalu akan berhadapan dengan sikap penentangan dari pihak-pihak yang memang menentang.

Penting dipahami bahwa perjuangan politik dan intelektual juga merupakan bagian aktivitas dakwah, dan justru hal ini diperlukan dalam situasi saat ini. Dakwah melalui perjuangan politik adalah dengan membongkar makar-makar jahat para penjajah dan antek-anteknya. Sedangkan perjuangan intelektual dilakukan dengan perang pemikiran, yaitu menjelaskan ide-ide yang rusak dan bathil yang saat ini sedang diterapkan, misalnya demokrasi, HAM ataupun sekulerisme-liberal.

Adapun al-Quran al-Karim telah menjelaskan kondisi-kondisi terbatas yang ditujukan kepada para pemimpin kekufuran disebabkan adanya tambahan dalam hal keburukan, bukan semata kekufuran.  Mereka memerangi Islam dan kaum Muslim dengan keras bagaimanapun dalil-dalil telah mengatakan kebenaran. Lalu disebutkanlah serangan-serangan tajam dan kuat mereka di dalam ayat-ayat tersebut.

Sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Atha Abu Rusythah tentang perjuangan politik dan intelektual. Misalnya, ketika salah seorang pemimpin Quraisy (Utbah) mendatangi Rasulullah saw, beliau menawarkan kepada dia Islam dengan hujjah yang meyakinkan dan hikmah yang tinggi, dengan uslub yang tenang dan berpengaruh. Hasilnya, orang itu kembali ke Quraisy dengan tenang, tidak seperti saat ia pergi. Ini seperti yang dideskripsikan oleh para pemimpin Quraisy yang mengirim dia, khususnya ia memuji ucapan yang dia dengar dari Rasul saw.

Pada saat yang lain, ketika salah seorang pemimpin Quraisy (Wa’il) bertemu dengan Rasul saw., dan pemimpin kafir itu membawa remahan tulang di tangannya. Dia lalu menunjukkan remahan tulang itu kepada Rasul saw. dan bertanya, “Apakah Tuhanmu mampu mengembalikan ini menjadi hidup?” Rasul saw. menjawab, “Benar. Dia bisa membangkitkannya dalam keadaan hidup,” kemudian Rasul saw. menambahkan, “dan memasukkan engkau ke Neraka Jahanam. Di sini Rasul saw. tidak menjawab pertanyaannya saja, tetapi juga menambahnya dengan jawaban yang keras. Begitulah, dakwah itu akan semakin kuat atau makin lemah bergantung pada pihak yang dihadapi.

Di dalam Alquran Allah SWt berfirman:

اِذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلاَ تَنِيَا فِي ذِكْرِي (42) اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. Lalu berbicaralah kamu berdua kepada dia dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (QS Thaha [20] 42-43).

Tampak jelas di dalam ayat ini bahwa yang dituntut adalah diskusi intelektual yang tenang dan lunak.

Namun, ketika Nabi Musa as. berdakwah kepada Fir’aun, ada sikap yang berbeda setelah Musa menawarkan kepada Fir’aun bukti dan argumentasi. Meski demikian, Fir’aun tetap ingkar dan makin melampaui batas. Ketika itu maka ucapan Musa as. tidak lagi lunak, tetapi keras dengan mensifati dia dengan kata matsbur[an] (binasa):

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى تِسْعَ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ فَاسْأَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ إِذْ جَاءَهُمْ فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَامُوسَى مَسْحُورًا (101)  قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلاَءِ إِلاَّ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَافِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

Sungguh Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata. Tanyakanlah kepada Bani Israil tatkala Musa datang kepada mereka. Lalu Fir`aun berkata kepada dia, “Sungguh aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang terkena sihir.” Musa menjawab, “Sungguh kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Sungguh aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa.” (QS al-Isra’ [17]: 101-102).

Jadi diskusi yang lunak pada awalnya adalah untuk memaparkan berbagai argumentasi dan bukti. Akan tetapi, setelah Musa as. mengedepankan berbagai argumentasi dan bukti yang qath’i dengan gamblang, namun Fir’aun tetap ingkar dan membangkang, maka pada saat itu diskusi menjadi keras. Oleh karena itu dakwah akan menghadapi tantangan yang bermacam-macam, bisa dalam tantangan yang lunak, namun juga bisa mendapatkan tantangan yang begitu keras, sebagaimana Fir’aun terhadap Musa.

Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi tantangan dan hambatan ketika melakukan dakwah melalui perjuangan politik dan intelektual? Pertama, kita harus tetap bersabar dan istiqomah di dalam jalur perjuangan tersebut. Itu juga yang dialami oleh Rasulullah saw. dan rasul yang lain. Sikap sabar dan istiqomah ini hanya bisa terjadi ketika memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat. Yakin lah bahwa tidak ada yang bisa menimpakan musibah kecuali dengan izin Allah SWT. Yakin bahwa semua orang yang memusuhi agama-Nya pasti akan binasa dalam keadaan hina.

Kedua, tetap terikat kuat dengan metode (thariqah) dakwah Rasulullah saw. Apa pun tantangan dan hambatannya, tidak membuat kita bergeser sedikit pun dari thariqah-nya. Sebab thariqah itulah yang disyariatkan sehingga wajib untuk diikuti dan dicontoh. Bagian dari thariqah-nya adalah berinteraksi dengan umat dengan melakukan perjuangan politik dan intelektual. InsyaAllah. []

Wallahu’alam Bis Showwab