July 27, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Jejak Kekhilafahan di Bumi Melayu

Oleh : Agustin Pratiwi S.Pd (Owner Mustanir Courses)

Pada abad ke 18 M, Kesultanan Turki Ustmani (Ottoman) merupakan kekaisaran yang disegani di dunia. Negara adidaya itu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali daratan Borneo di Indonesia.

Napak tilas gelora membumikan Islam tampak dari makna lukisan yang terdapat di makam Opu Daeng Manambon yang merupakan Raja Mempawah. Beliaulah sang pioneer mendakwahkan Islam di Bumi Mempawah bahkan kehadirannya menjadi cikal bakal berdirinya kabupaten Mempawah (kalbar.kemenag.co.id, 15/11/2017).

Dilansir dari sindonews.com,(15/12/2014), menurut Gusti Amar, juru kunci sekaligus keturunan ketujuh Opu Daeng Manambon, lukisan segitiga bergambar ayam jago yang terdapat dalam bangunan kompleks makam memiliki makna mendalam pada tiap warna dan gambar pada lukisannya, kuning bermakna keimanan, hitam berarti Islam, warna merah berarti ma’rifat, dan warna putih bermakna rahasia Allah SWT, sementara ayam jago melambangkan keperkasaan.

Dalam rangka menyebarkan Islam hingga mencakup seluruh wilayah Pontianak, Opu Daeng Manambon yang juga dikenal sebagai Pangeran Tua mengirimkan sepucuk surat dan perahu meminta Habib Husein Alqadrie pindah ke Mempawah. Habib Husein Alqadrie ialah seorang pengelana yang berasal dari Yaman Selatan (Hadramaut) yang menyampaikan risalah dari Khalifah Utsmani ke tanah Sulawesi, lalu pindah ke Pantai Barat Kalimantan Barat dan beliau mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai hakim utama di Kerajaan Matan Tanjungpura pada masa Sultan Muhammad Muazzudin hingga dinikahkan dengan Nyai Tua yang merupakan putri dari sang Sultan (kerajaannusantara.com, 29/01/2011).

Pada tahun 1747 M, Habib Husein Alqadri menerima tawaran Raja Mempawah, Opu Daeng Manambon untuk tinggal di Mempawah. Penyebaran Islam di Mempawah menjadi kian pesat dengan kedatangan Habib Husein hingga Kuala Mempawah (Gala Herang) dijadikan sebagai pusat pengajaran agama Islam. Gala Herang menjadi tempat yang berkembang hingga keramaiannya melebihi pusat kerajaan Mempawah. Berbagai orang berdatangan dari segala penjuru dengan maksud berniaga dan mengambil berkat dari pada Habib Husein yang merupakan seorang ulama besar (kalbariana.we.id, 22/02/2012)

Guna mempererat hubungan keluarga Habib Husein dengan Kesultanan Mempawah, Putra Habib Husein yang bernama Syarif Abdurrahman Alqadrie dinikahkan dengan anak perempuan Opu Daeng Manambon yang bernama Putri Candramidi. Pada tahun 1778 M, Syarif Abdurrahman Alqadrie mendirikan Kesultanan Kadriyah di Pontianak yang juga bermaksud menyebarkan Islam di bumi melayu ini. Pada masanya kerajaan-kerajaan di semenanjung tidak hanya ingin Sultan Syarif Abdurrahman menjadi figur atau ulama, tetapi juga mendorong agar ia menjadi Sultan dinegeri baru, yang akarnya adalah syariat Islam.

Pemerhati Sejarah Kesultanan sekaligus Sekretaris Sultan Pontianak IX, Muhammad Donny Iswara, mengungkapkan bahwa lambang bulan bintang yang terdapat pada pintu masuk Istana Kadriah merupakan simbol adanya hubungan historis antara Kesultanan Utsmaniyah dengan Kesultanan Pontianak. Diantara keduanya memiliki lambang serupa, yakni bulan dan bintang. Bahkan hubungan antara keduanya kian dipererat dengan dikirimkannya ulama dari Turki yang bernama Syekh Mahmoud Syarwani ke wilayah Kesultanan Pontianak untuk menyebarkan risalah Islam (pontianak.tribunnews.com, 5/06/2018)

Tak dapat dipungkiri, Islam bisa tiba di Nusantara bahkan di seluruh penjuru dunia karna adanya institusi yang mengemban dakwah Islam. Institusi itu bernama Khilafah Islamiyah. Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam. Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qal’ah Ji (w. 1435 H), dalam Mu’jam Lughat al-Fuqahâ’ (hlm. 88), menyebut sistem pemerintahan Islam adalah al-Khilâfah, yang diistilahkan pula sebagai al-Imâmah al-Kubrâ’ (Kepemimpinan Agung). Kepemimpinan ini bukan sembarang kepemimpinan, tetapi pengganti kenabian dalam memelihara urusan agama ini (Islam), dan mengatur urusan dunia dengan Islam. Ini antara lain ditegaskan oleh Imam al-Mawardi (w. 450 H) dalam al-Ahkâm as-Sulthâniyyah (1/15), Imam al-Haramain al-Juwaini (w. 478 H) dalam Ghiyâts al-Umam (1/22), Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah (hlm. 97), dll (Lihat: Ad-Dumaiji, al-Imâmah al-‘Uzhma ‘inda ahl as-Sunnah wa al-Jamâ’ah, hlm. 49).

Dengan demikian jelas bahwa paham Khilafah tidak layak untuk ditakuti oleh siapapun, khususnya kaum muslimin karena termasuk bagian dari kewajiban dari Allah SWT. Sudah saatnya kaum muslimin berbenah diri, menyadari bahwa Khilafah adalah institusi yang shohih, terkhusus bagi  kaum muslimin dan non muslim pada umumnya.

Harusnya kita memuliakan dan mengagungkannya, bukan malah menolak atau menentangnya. Dan tidak pula mengkriminalisasi orang-orang yang mendakwahkannya. Karena Khilafah merupakan ajaran Islam, dan memiliki sejarah penting terhadap perkembangan Islam di Nusantara.

Khilafah jugalah yang memiliki kewajiban untuk menerapkan aturan Islam di seluruh aspek kehidupan, mengurusi urusan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Tugas Khilafah juga untuk menjaga agama dan toleran terhadap agama apapun, serta mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, sebagaimana Islam bisa hadir dan berkembang di Bumi Melayu.

Wallahua’lambissawab

#Khilafah Ajaran Islam