March 23, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

PKI Sudah Mati, Mungkinkah Bangkit Lagi?

Oleh : Dini Azra (Muslimah Peduli Umat, Malang)

Setiap memasuki bulan September, seolah mengorek kembali luka lama bangsa ini yang pernah dikhianati. Sejarah telah mencatat, pengkhianatan yang dilakukan PKI sungguh biadab dan keji. PKI pernah memberontak pada negara tahun 1948 dan 1965. Mereka tega membunuh para ulama, santri, bahkan menculik dan mengeksekusi para Jenderal. Selanjutnya membuang jenazah mereka di dalam sumur lubang buaya. PKI akhirnya berhasil ditumpas dan dibubarkan. Dan tercantum dalam Ketetapan (Tap) MPRS No.XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi terlarang serta melarangan Setiap Kegiatan yang menyebarkan paham atau ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme.

Beberapa tahun terakhir isu akan bangkitnya neo-PKI kembali menyeruak. Banyak tokoh politik ataupun tokoh umat Islam mewanti-wanti agar masyarakat Indonesia waspada, jangan lengah terhadap bahaya laten PKI. Salah satunya sebagaimana yang diungkap oleh Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Gatot menyebut bahwa pencopotannya dari Panglima TNI tahun 2017 lalu, dikarenakan dirinya tidak mau menghentikan himbauan untuk menonton film G/30S/PKI. Dia mengaku ada seorang sahabatnya dari PDIP mengancam, jika tidak menghentikan himbauan tersebut, maka dia akan diberhentikan.

“Pada saat itu, saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saja partai PDI, menyampaikan,‘Pak Gatot, hentikan itu, kalau tidak pasti Pak Gatot akan diganti’,” kata Gatot Nurmayanto saat bicara di channel YouTube Hersubeno Point, dikutip Detik.com pada Rabu (23/9/2020).

Bukannya menghentikan, Gatot justru bertambah yakin untuk meneruskan himbauannya. Ada beberapa alasan yang membuat dirinya yakin bahwa bahaya laten PKI ada dan semakin nyata. Dia mengungkapkan keyakinannya dalam wawancara eksklusif di salah satu stasiun TV swasta Nasional. Diantaranya, ditiadakannya pelajaran sejarah tentang G/30S/PKI sejak 2018. Kemudian adanya pernyataan seorang politisi PDIP yang mengaku bangga jadi anak PKI, serta memutar balik fakta bahwa pelaku pembantaian G30S/PKI adalah TNI, bergabungnya anak-anak PKI dengan PDIP di daerah hingga pusat, dan diusulkannya RUU HIP yang memuat ide-ide komunisme.

Tentu saja apa yang dilakukan salah satu pelopor KAMI ini membuat panas anggota partai yang disebut-sebut. Mereka langsung bereaksi, membantah dan menuduh Gatot sengaja menggoreng isu PKI untuk kepentingannya. Masinton Pasaribu DPR FPDIP menyebut itu sebagai tindakan kolot dan kurang ide. “Hari gini masih memainkan isu PKI gaya baru, itu merepresentasikan generasi kolot dan miskin ide,” katanya kepada JPNN.com, Kamis(24/9/2020)

Tak pelak Gatot menjadi sasaran bully dari para buzzer dan Projo. Walaupun banyak juga ulama dan masyarakat yang membela, dan meyakini apa yang disampaikan. Hal itu juga berdasarkan pengamatannya sebagai mantan Panglima yang ingin melindungi negara dari marabahaya.

Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI KH. Muhyiddin Junaidi menganjurkan seluruh umat untuk menyaksikan film “Pengkhianatan G30S/PKI”, supaya seluruh bangsa paham kebiadaban PKI pada 1948 dan 1965. Menurutnya, ini penting sebab bangsa yang besar dan berdaulat adalah bangsa yang menjaga sejarah bangsanya. Sejarah bangsa adalah cermin dari identitas kepribadian bangsa dan rakyatnya.

“Hal ini sangat penting agar seluruh bangsa Indonesia memahami sejarah bangsanya di masa yang lalu, karena sebuah bangsa yang tak paham akan sejarahnya maka bangsa tersebut akan mengalami disorientasi dan kegelapan akan masa depannya,” kata Kiai Muhyiddin kepada Republika.co.id, Jumat (25/9/2020).

Masih menurut Kiai Muhyiddin, partai berhaluan komunis memang bisa hilang dan dilarang, tapi ideologinya akan tetap hidup. Kini banyak kader yang komunis menyusup ke berbagai ormas dan organisasi sosial politik skala nasional. Dan sudah berani menampakkan diri sebagai penerus komunis. Karena itu beliau mengingatkan agar umat Islam terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya PKI gaya baru dengan slogan pro rakyat, tertindas, dan sebagainya. Mereka itu sangat piawai merekayasa kebencian terhadap tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Keberadaan paham komunis mungkin tidak bisa terdeteksi oleh mata. Namun bisa dirasakan dan dikenali melalui cara pandang, pola pikir dan sikapnya. Diantaranya, membenci agama terutama Islam, ajaran, dan ulama yang berani menyampaikan kebenaran. Sejarah sudah membuktikan kebiadaban para penganut ideologi komunis. Berkaca pada peristiwa-peristiwa dunia, rezim komunislah yang membantai muslim Bosnia di Srebrenica. Juga masih hangat dan sedang terjadi, bagaimana perlakuan pemerintah komunis China terhadap muslim Uighur, di Xin Jiang. Atau pemerintah Korea Utara yang otoriter dan kejam terhadap rakyatnya sendiri. Begitulah wajah komunis saat mendapat kekuasaan. Jangan mudah tertipu upaya pembalikan fakta seolah merekalah korban sesungguhnya.

Hal yang paling penting bukan sekedar mempertanyakan ada atau tidaknya neo-PKI di negeri ini. Karena saat ini yang jelas dan nyata-nyata sudah ada bahwa  bangsa ini menganut sistem Kapitalisme dengan akidah Sekulerisme, yang memisahkan agama dari kehidupan. Kapitalisme berprinsip kebebasan untuk meraih kebahagiaan dan materi sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Agama hanya boleh mengurus terkait ibadah, nikah, jenazah dan sebagian kecil muamalah. Namun tidak diperbolehkan untuk mengatur urusan politik dan hukum. Sistem inilah yang memberi peluang masuknya paham-paham asing yang bertentangan dengan Islam.

Ada ataupun tidak adanya gerakan komunisme, umat Islam harus tetap waspada, menghadapi fitnah zaman yang semakin pekat. Umat harus terus diedukasi tentang sejarah. Bukan hanya sejarah dalam negeri tapi juga sejarah Islam. Mulai Sirah Nabawiyah dan para sahabat, hingga para pemimpin Islam sesudahnya. Bagaimana Islam menjalani masa-masa itu dengan jatuh bangun. Ada kalanya umat Islam berjaya dengan pemimpin yang adil dan bijaksana. Ada kalanya mengalami kekalahan, keterpurukan, dipimpin pemimpin yang dzalim, pengkhianatan, hingga jatuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani.

Sejarah banyak mengandung pembelajaran untuk umat dalam menyongsong masa depan. Sebagaimana Al-Quran yang lebih banyak menceritakan sejarah dan kisah umat terdahulu. Untuk menghibur dan menyemangati Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dalam mendakwahkan Islam kala itu.

Benteng terakhir bagi umat Islam agar terlindung dari paparan ideologi batil Komunisme dan Kapitalisme adalah akidah Islam. Keimanan harus dipupuk dan dirawat dalam hati dan pikiran serta amal, sebagai bekal menjadi mukmin yang bertakwa dan bertauhid kepada-Nya. Jika keyakinan kepada Allah Ta’ala sudah ada, dengan sendirinya akan menolak semua yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dan sebagai umat terbaik yang Allah tetapkan, kaum Muslimin harus terus melakukan amar makruf nahi mungkar, serta tetap berjuang demi tegaknya agama Allah di atas muka bumi. Menggeser ideologi-ideologi batil yang menyebabkan kerusakan bagi kehidupan, manusia dan alam.

Wallahu a’lam bishawab