March 28, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Resolusi PBB dan Pembantaian Penduduk Syam oleh Rusia dan Rezim

Oleh: Ustaz Ahmed Moaz
Revolusi Syam masih terus menerima pukulan keras dari sekutu di hadapan musuh, dan rezim kriminal Suriah—anak tiri Amerika—masih berkuasa atas bangsa mereka yang keluar mencari kemuliaan dan martabat.

Adapun Rusia, masih mengebom daerah-daerah yang dibebaskan, serta melakukan pembantaian terhadap mereka yang mengungsi dari kalangan penduduk Syam.

Sektarian Iran pun masih mempraktikkan kedengkian dan kebenciannya terhadap orang-orang muslim yang damai, yang kebaikannya telah disaksikan secara jauh ataupun dekat. Sehingga, bersama milisi sektariannya yang penuh kebencian, mereka datang untuk menempatkan diri di tengah-tengah bangsa muslim.

Sementara itu, Turki masih memainkan peran kotornya dalam Revolusi Syam, peran yang akan tetap menjadi titik hitam bagi Erdogan yang ditugaskan oleh Amerika untuk menghadang revolusi tersebut dan mengalihkan dari tujuannya. Maka, Erdogan pun melakukan apa-apa yang tidak dilakukan para musuhnya terhadap revolusi, dan ia terus menyetujui resolusi komunitas internasional dan PBB.

Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2254 (Resolusi 2254) dirancang Amerika untuk mempertahankan pengaruh dan kepentingannya di Suriah, bekerja sama dengan orang-orang dari berbagai negara dan organisasi internasional untuk menerapkan dan memaksakannya pada penduduk Syam agar membatalkan revolusi mereka. Akan tetapi, mereka tidak melaksanakan keputusan ini, meskipun itu tidak adil bagi kaum revolusioner dan keluarga mereka.

Bahkan, terungkap setelah hari demi hari bahwa itu adalah salah satu dilema di mana para pembesar dan darwis bermain politik sambil mengeluarkannya ke opini publik dengan dalih melindungi perdamaian dan keamanan internasional.

Resolusi 2254 yang diadopsi dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB pada Jumat (18/12/2015), dalam salah satu paragrafnya menyerukan kepada seluruh pihak agar mengambil langkah yang tepat untuk melindungi warga sipil, termasuk anggota kelompok etnis, agama, dan sekte. Namun, resolusi ini belum dilaksanakan oleh rezim dan sekutunya—Rusia dan Iran—terlepas dari komitmen dan persetujuan oposisi, faksi-faksi, dan Hay’at Tahrir asy-Syam terhadap isi keputusan dan tidak membuka peperangan melawan rezim.

Akan tetapi, rezim dan sekutunya masih melanjutkan agresi dan pembantaian mereka terhadap penduduk Syam¬—yang terbaru adalah pembantaian Jabal al-Zawiya dan pembantaian Afrin—kecuali jika keputusan itu ditujukan untuk sebagian penduduk saja, tidak semuanya!

Seperti inkubator (penjagaan) rezim misalnya, yang belum pernah diserang siapa pun, menunjukkan bahwa keputusan dibuat agar negara mematuhi dalam interaksinya dengan rezim, dan bukan untuk melindungi warga sipil.

Resolusi 2254 juga mendorong oposisi dan rezim untuk melebur dalam satu wadah dan membentuk badan pemerintahan transisi inklusif yang memberikan kekuasaan eksekutif penuh. Dalam pembentukannya, ia bergantung kepada persetujuan bersama sambil memastikan kelangsungan lembaga pemerintah, walaupun pihak oposisi menyetujui dan melaksanakan segala sesuatu yang diperlukan dan revolusi terkendalikan.

Meski demikian, komunitas internasional tidak menawarkan apa pun kepada oposisi, melainkan hanya ingin menjadi hiasan reproduksi rezim. Sebaliknya, revolusi diperlakukan sebagai terorisme dan ekstremisme. Hal ini tidak akan merugikan revolusi dan para revolusionernya karena tujuan sah mereka adalah untuk menggulingkan rezim kriminal yang tidak tunduk pada keputusan itu, meskipun kejahatannya telah didokumentasikan oleh negara, organisasi, dan media.

Sebaliknya, milisi sektarian yang dibentuk oleh rezim dan diimpor dari Iran, Afghanistan, dan Pakistan, sama sekali tidak disinggung di bawah mata komunitas internasional, jika tidak didorong darinya.
Resolusi PBB 2254 juga menyerukan perwakilan pemerintah Suriah dan oposisi untuk segera melakukan negosiasi resmi mengenai transisi politik, yang mana awal Januari 2016 telah diusulkan sebagai tanggal dimulainya pembicaraan. Hal ini sesuai dengan Komunike Jenewa dan sejalan dengan pernyataan tim internasional pada Sabtu (14/11/2015) dengan tujuan mencapai penyelesaian politik secara permanen dari krisis.

Namun, pada tahun yang sama, Kota Aleppo diserang, dibom, dihancurkan, masyarakatnya digusur, dan bersekongkol melawannya dengan mereka yang mengklaim sahabat revolusi untuk mengembalikannya ke pangkuan rezim kriminal.

Utusan PBB yaitu De Mistura, merupakan peserta aktif dalam proses merebut kembali Aleppo dari para pemberontak, dan hari itu ia menjadi sukarelawan untuk mengawal para pengungsi keluar kota.
Maka, di manakah posisi Dewan Keamanan, juga yang ada di belakangnya yakni PBB, serta komunitas internasional dengan keputusan mereka yang tidak adil?!

Sesungguhnya, dunia telah menyadari hakikat atau realitas dari PBB dan Dewan Keamanannya, bahwasanya mereka adalah alat untuk mengimplementasikan rencana-rencana dan keputusan Amerika yang menjadi penghalang atas penggulingan rezim.

Keduanya—PBB dan Dewan Keamanannya—menuduh revolusi sebagai terorisme karena menolak untuk tunduk pada kepentingannya. Mereka pula yang membawa tentara negara-negara regional dan negara besar untuk menghadapi revolusi dengan dalih memerangi terorisme.

Mereka yang merekrut anggota milisi sektarian untuk memerangi penduduk Suriah yang menolak rezim kriminal serta menuntut penggulingannya. Mereka juga yang telah menginstruksikan Qatar, Arab Saudi, dan Turki untuk mengambil peran sebagai sahabat revolusi untuk menahan kaum revolusionernya dan mengalihkan para revolusioner melalui revolusi mereka. Mereka bahkan mengirim para pejuang revolusi ke luar negeri untuk melayani kepentingan Amerika di Libia dan Azerbaijan.

Pihak yang menuntut diberlakukannya Resolusi PBB tak lain adalah salah satu dari dua orang ini: Orang yang berprasangka baik terhadap PBB dan majelis “hina” Komunitas Internasional, padahal ia tak membaca isi dari resolusi tersebut. Kalaupun ia membacanya, ia tidak akan memahaminya; atau ia adalah agen murahan yang merealisasikan agenda negara dengan mengorbankan jutaan penduduk negeri Syam.

Resolusi 2254 mengakui rezim dan kekuasaannya, sebagaimana ia mengakui oposisi dan menuduh revolusi beserta fraksi-fraksinya dengan tuduhan terorisme dan ekstremisme tanpa menyinggung milisi sektarian Iran yang diimpor dari seluruh dunia demi melindungi rezim yang telah jatuh. Akan tetapi, Amerika tetap berpegang pada rezim dan menolak untuk mengakui revolusi dan hak-haknya dalam menentukan nasib negaranya. Bahkan, Amerika membentuk aliansi internasional untuk memerangi revolusi.

Kesepakatan dan resolusi-resolusi internasional telah menyebabkan revolusi mundur dan surut karena tidak adanya kesadaran kaum revolusioner akan realitas komunitas internasional dan tujuannya. Maka, mereka jatuh ke dalam perangkap yang disiapkan oleh orang-orang kafir Barat melalui organisasi internasional dan slogan-slogan kemanusiaannya, serta negara-negara regional terutama Turki yang telah menelantarkan dan menipu penduduk Syam serta terbukti dipercaya oleh komunitas internasional. Sebab, Turki dikelilingi kaum revolusioner yang mengira bahwa Turki adalah sekutu mereka, tetapi kemudian Turki malah menyerahkan apa yang mereka bebaskan dengan darah para syuhada kepada musuh terburuk mereka.

Resolusi 2254 akan dijalankan oleh Amerika setelah menghilangkan embusan napas kaum revolusioner, bukan hanya revolusinya saja. Inilah yang dirancang dan diusahakan Amerika melalui antek-anteknya. Akan tetapi, penduduk Syam akan segera memiliki opini lain, yakni ketika mereka bangkit kembali untuk menyelesaikan apa yang telah mereka mulai. Mereka menghapus seluruh pengaruh eksternal dan internal atas revolusi dan menggulingkan setiap agen dan orang-orang bayaran yang naik untuk memimpin revolusi besar seperti Revolusi Syam. Kemudian, setelah itu, dengan segera mereka mulai berjuang dengan gigih untuk menjatuhkan sistem, terlebih Amerika dan antek-anteknya.

Revolusi Syam yang diberkahi telah menyingkap realitas sistem internasional yang kejam, bahwa sistem ini berdiri bersama dengan penguasa diktator yang kejam dan menolong mereka, bertentangan dengan setiap slogannya tentang hak manusia dan kebebasan, tentang kultur dan demokrasi, juga tentang peradaban dan pencerahan. Yang mereka ingin hanyalah kezaliman dan kegelapan, yang mana kaum muslimin tenggelam di dalamnya.

Akan tetapi, kita sebagai muslim, telah bangkit untuk berubah dan tidak akan pernah kembali ke belakang, maka revolusi harus senantiasa berlangsung di jalannya.

Kita memang tersandung, tapi dengan cepat memahami pelajaran-pelajaran untuk kembali bangkit menghalau kezaliman, sehingga akan menjadi mercusuar cahaya yang menyinari umat manusia, bukan hanya untuk kaum muslimin saja.

Jalan itu menuju pembebasan yang akan mengakhiri era dekadensi dan kegelapan, sehingga kita bisa kembali menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, untuk mengembalikan umat Islam seperti dulu lagi, dengan mengemban Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dalam waktu yang dekat, dengan izin Allah. []

Catatan: Judul asli dari artikel ini adalah “Walaupun Oposisi dan Faksi-Faksi telah Berkomitmen terhadap Keputusan PBB yang Tidak Adil, Rusia dan Rezim Masih Melakukan Pembantaian terhadap Penduduk Syam.”

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 347, terbit pada Rabu, 4 Dzulhijjah 1442 H/14 Juli 2021 M

Sumber :
https://mediamuslimtimurtengah.wordpress.com/2021/07/24/resolusi-pbb-dan-pembantaian-penduduk-syam-oleh-rusia-dan-rezim/
https://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/6203-2021-07-13-20-43-16