April 20, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Sumber : Foreign Policy

Recep Tayyip Erdogan Meraih Keuntungan Kemesraan China-Turki, Sikapnya terhadap Muslim Uighur Dipertanyakan?

BerandaIslam.com Dikutip dari Foreign Policy (16/9) Hubungan kemitraan strategis antara China dan Turki dinilai memberikan keuntungan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan  di tengah-tengah tekanan politik dan ekonomi saat ini. Namun, sikap Erdogan terhadap Muslim Uyghur juga dipertanyakan. Turki menjalin kerjasama dengan China dengan cara menangkap aktivis politik Uighur, kemudian menjalin kesepakatan ekstradisi dan kesepakatan-kesepakatan lainnya.

Penilaian itu dituliskan duo peneliti Turki di Amerika Serikat (AS), yaitu Associate Director of the programme on Turkey di Standford University Ayca Alemdaroglu dan Profesor Ilmu Politik di University of Illinois Chicago Sultan Tepe seperti dilansir dari laman Foreign Policy. (16/9/2020)

“Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang biasanya mengirim gelombang kejutan ke Beijing dengan dukungan blak-blakannya kepada minoritas Uighur China, kelompok Muslim yang sebagian besar berbahasa Turki di Xinjiang yang menjadi sasaran pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan. “Insiden di China, sederhananya, genosida,” kata Erdogan pada 2009, ketika dia menjadi perdana menteri.” tulis mereka.

 “Kemudian, tiba-tiba muncul tombol yang tidak terduga. Pada 2016, Turki menangkap Abdulkadir Yapcan, seorang aktivis politik Uighur terkemuka yang tinggal di negara itu sejak 2001 dan memulai ekstradisinya. Pada 2017, Turki dan China menandatangani perjanjian yang mengizinkan ekstradisi meskipun pelanggaran yang diklaim hanya ilegal di salah satu dari dua negara tersebut. Sejak awal 2019, Turki telah menangkap ratusan warga Uighur dan mengirim mereka ke pusat deportasi. Dan pernyataan Erdogan telah berubah secara diplomatis menjadi hambar, sama seperti liputan terkait Uighur di surat kabar yang dikendalikan oleh Erdogan dan pendukungnya.” lanjut tulisan tersebut.

Kesepakatan-kesepakatan mulai terjadi antara kedua negara terutama sejak Turki mengalami krisis ekonomi termasuk dampak dari pandemi Corona. Termasuk China’s Belt and Road Initiative (BRI) menawarkan Turki sumber uang segar — dan Beijing memiliki pijakan strategis di Laut Mediterania.

Alemdaroglu dan Tepe menulis China merupakan mitra impor terbesar kedua stelah Rusia. China berperan krusial bagi pemerintahan Erdogan dan telah “memperkuat ‘tangan’ presiden pada masa-masa krusial”.

Tercatat sejak 2016 China dan Turki telah menandatangani 10 perjanjian bilateral, termasuk kesehatan dan energi nuklir. Demikian laporan situs parlemen Turki. China juga berencana berinvestasi US$6 miliar dolar untuk pengembangan militer Turki pada 2021. Mengutip laporan Daily Sabah per Maret 2019, nilai itu melesat dua kali lipat dibandingkan kurun waktu 2016-2019.

“Penguatan hubungan China dan Turki tampaknya menguntungkan kedua belah pihak. China telah menemukan pijakan yang sangat strategis di Turki, anggota NATO dengan pasar yang besar untuk energi, infrastruktur, teknologi pertahanan dan telekomunikasi di persimpangan Eropa, Asia, dan Turki. Untuk Turki dan Erdogan, China menyediakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk mendanai megaproyek high-profile dan mempertahankan pembangunan meskipun realitas ekonomi yang melumpuhkan di bawahnya,” tulis mereka.

Menyusul indikasi penurunan dukungan terhadap Erdogan seiring hasil pemilihan umum di Istanbul tahun lalu, Bank Sentral China ‘mentransfer’ US$ 1 miliar ke Bank Sentral Turki sebagai bagian dari swab agreement yang terakhir diperbarui pada 2012.

“China sekarang mengizinkan perusahaan Turki menggunakan China untuk melakukan pembayaran perdagangan, memungkinkan mereka lebih mudah mengakses likuiditas China dalam langkah lain dalam kerja sama keuangan dan meningkatkan popularitas Erdogan yang telah menyusut tahun ini. Utamanya selama pandemi Covid-19 dan krisis mata uang di Turki,” tulis Alemdaroglu dan Tepe. Selain kerja sama ekonomi, China dan Turki juga telah meningkatkan kerja sama militer dan keamanan, termasuk dalam intelijen dan perang siber. Bukti konkretnya tergambar dalam partisipasi perwira militer China dalam latihan militer Ephesus Turki 2018. Bukti nyata lainnya adalah rudal balistik Bora buatan Turki merupakan produk kerja sama pertahanan dengan China.

Sumber : https://foreignpolicy.com/2020/09/16/erdogan-is-turning-turkey-into-a-chinese-client-state/