March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Pilihan Rezim Mesir: Antara Mengeksekusi Rakyat dan Teror Negara!

Oleh: Profesor Said Fadl (Anggota Kantor Media Hizb ut-Tahrir di wilayah Mesir)

Banyak media dan situs web di jejaring sosial melaporkan eksekusi baru yang dilakukan oleh rezim Mesir terhadap tahanan yang dijatuhi hukuman mati dengan digantung dalam kasus penyerbuan Kantor Polisi Kerdasa, di mana terdakwa membunuh 17 polisi dari Kepolisian Kerdasa.

Hal ini sehubungan dengan tayangan serial Al-Ikhtiyar 2 (The Choice 2), yang membahas periode Revolusi Januari dan setelahnya, pembubaran Rab’aa, dan lain-lain.

Melalui peristiwa-peristiwa itu, dan pastinya melalui cerita-cerita palsu yang mengandung kebohongan, rakyat Mesir hidup dan menjadi saksi atas apa yang mereka dokumentasikan melalui rekaman ponsel dan kamera mereka, serta transmisinya; bahkan media rezim yang sesat memercayai periode rezim tersebut, serta mengungkapkan sejumlah hal yang biasa Petugas Keamanan Negara palsukan terkait para tahanan.

Tidak ada orang waras yang akan menerima narasi resmi yang diucapkan para saksi palsu, atas fakta dan peristiwa yang mana darah para korbannya pun belum mengering, bahkan luka dalam yang terdapat di tubuh orang-orang yang hidup pada periode itu pun belum sembuh.

Termasuk dari para penentang rezim brutal dan pendukungnya yang mempraktikkan segala macam penindasan dan penganiayaan terhadap orang-orang, hingga keluar dari Mesir—dengan cara apa pun—menjadi jalan keselamatan bagi mereka yang bisa melakukannya.

Saluran Youm el-Sabi’ (19/4) mewartakan di situs web dan halaman Facebook-nya, seraya menunjukkan hasil dokumentasi kameranya, bahwa tidak berhenti sampai di situ, melainkan juga (mereka) menangkapi dan meneror orang-orang Kerdasa, serta menghina mereka dengan kata-kata yang paling mengerikan, dan apa yang tersembunyi jauh lebih menakutkan.

Kami tidak mengatakan ini karena ketaktahuan mereka, tetapi dari bukti dan pengindraan, bahwa industri dan produk-produk mereka yang muncul dalam pekerjaan sebelumnya, menunjukkan bagaimana petugas keamanan berurusan dengan rakyat dan bagaimana memperbudak mereka.

Hamza al-Bassiouni dan Salah Nasr memiliki sejarah tak terlupakan yang mendokumentasikan keburukan nyata dari rezim kriminal yang sedikit banyak mewarisi kriminalitas.

Rezim ini menantang perasaan rakyat dan terus-terusan menguji kesabaran mereka, dengan penangkapan dan eksekusi berulang kali, bahkan membunuhi lawan-lawannya meski di luar kerangka hukum, atau dalam apa yang disebut sebagai konfrontasi dan penggerebekan keamanan.

Rakyat Mesir menyadari kebohongan mereka (rezim) tentang semua itu, tidak memercayai mereka, dan tidak disebarluaskan kecuali oleh segelintir orang yang dibayar oleh rezim dan mereka yang berkepentingan terkait dengan keberadaannya.

Namun, penerapan aturan yang tidak adil oleh rezim terhadap rakyat ini berlangsung selama bulan Ramadan—yang mana mereka dan rakyat Mesir sedang berpuasa, fokus bermunajat kepada Allah. Mereka mengambil keuntungan dari kemarahan pembalasan dendam yang dibuat oleh para pendukungnya, dengan memalsukan fakta-fakta di serial yang ditayangkan; dan yang disadari oleh rakyat Mesir (bahkan para pendukungnya) bahwa itu adalah kebohongan. Tidak ada rumah di Mesir yang belum ternoda oleh api rezim ini.

Semua ini terjadi bersamaan dengan dimulainya pemulihan hubungan antara rezim Mesir dan Turki. Disusul seruan-seruan yang ditujukan untuk mendinginkan suasana. Juga seruan rekonsiliasi di balik penentangan yang selama ini dianut Turki, seolah-olah rezim Mesir berbicara kepada mereka, “Kita akan mendapatkan segalanya dari kalian, dan kalian tidak akan mendapatkan apa pun setelah kalian dikuasai oleh antek Amerika—Erdogan—sehingga Turki tidak mudah dikuasai Inggris.”

Atau sampai pada titik di mana orang-orang yang menyangka Turki dan pemerintahannya (adalah) baik, serta dapat dijadikan harapan, solusi, dan tempat berlindung, lalu kecewa dan seakan berkata, “Tirai telah ditutup dan pertunjukan telah berakhir,” tanpa menyadari bahwa sejatinya pertunjukan belum berakhir dalam diri umat Islam, karena kehidupan mereka terletak pada pertunjukan yang terus berlanjut, dan tidak akan berhenti kecuali dengan kemenangan dan kemuliaan yang diberikan kepada agama ini, di negara yang akan menerapkannya nanti.

Ini bertepatan dengan seruan untuk memperbarui wacana agama dan mendistorsi orang-orang yang berjuang untuk menerapkannya, menangkapi dan memaksa mereka untuk mengakui kejahatan yang tidak mereka lakukan sejak awal; mendistorsi secara sistematis terhadap dasar-dasar Islam, memperbarui wacananya, serta membebaskan tangan kaum sekuler untuk merusak Islam, serta merusak kesucian dan simbolnya.

Semua itu atas dasar tujuan jahat yang mereka usahakan di tengah umat, yaitu mengubah konsep-konsep Islam serta tafsirannya sesuai dengan apa yang diinginkan Barat, dengan cara menjamin kelangsungan hegemoni Barat atas negeri-negeri kita, juga menjamin pemberangusan setiap suara yang suatu saat mungkin menuntut negara untuk menerapkan Islam dan mengembannya ke seluruh dunia.

Semoga kita dijauhkan dari makar mereka, dan semoga segala makar mereka binasa dan kembali pada diri mereka sendiri.

Sebenarnya, umat mengetahui jalannya sekalipun mereka tidak mengambil kendali atas urusannya. Hanya saja, umat sedang meraba-raba secercah harapan yang dapat membimbingnya dalam gelapnya jalan huru-hara ini, sampai kemudian berakhir dengan pertolongan dari Allah, berupa negara yang mulia, yang mana di dalamnya Islam dan kaum muslimin pun mulia.

Sesuai yang telah Allah kabarkan bahwa tidak ada tipu daya yang buruk kecuali akan menimpa pemiliknya, sebagaimana dahulu saat kaum musyrik Makkah membuat makar untuk membunuh Nabi saw. dan menghapus kelangsungan dakwahnya. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Al-Anfal: 30)

Jadi, mereka melakukan tipu daya. Mereka merencanakan, mempersiapkan, mengencangkan jerat mereka terhadap dakwah, mereka melingkarinya seperti gelang yang melingkari pergelangan tangan, hingga yang melihatnya pun putus asa. Maka pada saat itulah firman Allah Swt. terpenuhi,

“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun.” (TQS. At-Tur: 48)

Demikianlah pertolongan Allah, berupa hijrah, kekuasaan, dan tegaknya negara yang mulia. Tipu daya ini terus berlangsung selama Islam ada. Penjagaan, kemenangan, dan kekuasaan adalah hak. Hak ini adalah dari Allah bagi mereka yang berjuang dengan tulus dan jujur berdasarkan perintah Rabb mereka, untuk menerapkan Islam di negaranya, yakni Khilafah rasyidah alaa minhaj an-nubuwwah. []

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 337, terbit pada Rabu, 23 Ramadhan Al-Mubarak 1442 H/5 Mei 2021 M

Sumber :
https://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/6026-2021-05-04-19-46-15