April 18, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Peristiwa-Peristiwa Amerika dan Dampaknya Terhadap Konstelasi Internasional (Episode Terakhir)

Ditulis oleh al-ustadz As’ad Manshur

Surat Kabar ar-Rayah: 21-10-2020

Eropa, terutama Jerman dan Prancis, mulai menantang Amerika. Dalam masalah Ukraina, mereka menolak proyek Amerika untuk mempersenjatai Ukraina sehingga Amerika bisa menyerang Rusia menggunakan Eropa, memisahkan mereka, dan menciptakan situasi perang di antara mereka, sehingga Amerika dapat mengambil keuntungan dari situasi ini dan menggunakannya untuk tujuannya sendiri dan mengendalikan para pihak. Jerman dan Prancis menandatangani perjanjian dengan Rusia di Minsk pada 2015 untuk menyelesaikan masalah Ukraina secara damai. Jerman menolak permintaan Amerika untuk menghapuskan utangnya kepada Yunani dan menetapkan rencana penghematan atas nama Uni Eropa dalam krisis keuangan yang mencekik pada tahun 2015, ketika rasio utang mencapai 200% dari produk domestik bruto dan menempatkan Yunani di bawah pengawasan secara finansial dan politik. Dan baru-baru ini terjadi konflik antara Amerika dan Jerman mengenai pipa gas. Klaus Ernst, ketua Komite Energi di Bundestag (parlemen Jerman), mengatakan bahwa “kita tidak seharusnya memahami perilaku Amerika Serikat dalam masalah ini sebagai tindakan persahabatan, melainkan itu merupakan serangan terhadap kedaulatan Jerman dan Uni Eropa” (kantor berita Novosti Rusia, 5/6/2020). Novosti mengutip juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman yang mengatakan, “Berlin dengan tegas menolak gagasan sanksi lintas batas (Amerika), dan bahwa negaranya sedang memantau dengan cermat tindakan Amerika atas masalah tersebut”. Hal itu dilatarbelakangi oleh diajukannya rancangan sanksi baru terhadap proyek Jerman “Northern Torrent-2” oleh salah seorang senator Amerika. Proyek itu bertujuan untuk memperluas jaringan pipa untuk memompakan gas dari Rusia ke Jerman melintasi dasar Laut Baltik. Kapasitas dua jalur pipa itu sebesar 55 miliar meter kubik gas per tahun.

Prancis kembali menyerukan pembentukan tentara Eropa untuk menghadapi Rusia, China, dan Amerika. Hal itu membuat marah Presiden AS Donald Trump, yang bertemu dengan Presiden Prancis Macron pada November 2018. Jerman melakukan itu dan Prancis mendukungnya. Uni Eropa menetapkan anggaran tahunan sebesar 5 miliar untuk membentuk pasukan ini.

Namun, itu tidak berarti bahwa salah satu dari negara besar Eropa, dan yang kami maksud adalah trio Eropa Inggris, Prancis, dan Jerman, akan dapat menggantikan posisi Amerika. Sebaliknya, kenyataannya sudah sangat usang. Masing-masing tidak akan mampu menantang Amerika sendiri, melainkan secara kolektif mencoba menantang. Sementara ada perselisihan di antara mereka dalam banyak masalah.  Apalagi Inggris, telah keluar dari Uni Eropa dan tidak akan kembali padanya. Dan Inggris tidak mungkin memikirkan persatuan politik dengan Jerman dan Prancis. Kenyataannya sangat lemah. Jerman dan Prancis bersaing untuk memperebutkan kepemimpinan Eropa. Salah satu tidak mungkin memberikan konsesi untuk yang lainnya dalam kepemimpinan ini. Karena itu, Uni Eropa akan tetap menjadi persatuan yang getas. Dan akan tetap demikian jika tidak malah terpecah. Dan Uni Eropa terancam pecah dan terfragmentasi. Nasionalisme di setiap negara Eropa seperti licorice yang merusak persatuan ini. Krisis ekonomi dan krisis Corona baru-baru ini mengungkapkan parahnya persatuan tersebut dan tingkat kerapuhan dan kegetasan negara-negaranya. Oleh karena itu, salah satu negara besar Eropa tidak mungkin menggantikan Amerika sebagai negara adidaya di dunia.

Adapun Rusia, meskipun wilayahnya besar dan memiliki senjata nuklir, namun Rusia tidak mengusung pesan atau gagasan kepada dunia. Rusia memiliki kebodohan dalam politik luar negeri. Maka Amerika dapat memanfaatkan dan mengeksploitasinya, sementara Rusia berpikir akan mendapat manfaat dari itu. Rusia tidak mungkin menjadi negara adidaya di dunia. Bahkan di era Uni Soviet, yang mengusung pesan, menantang Amerika, dan memiliki aliansi militer yang kuat dan pengaruh politik yang luas di Eropa Timur, Balkan, Asia Tengah, Kaukasus, dan di beberapa negara Afrika, dan para pemimpinnya secara politik lebih sadar dari para pemimpinnya saat ini, Rusia tidak mampu menjadi negara adidaya di dunia dan rela terhadap dirinya berdamai dengan musuhnya dan menjadi bersama musuhnya itu dalam keadaan harmoni, serasi dan sesuai dengan itu sejak Uni Soviet setuju dengan Amerika pada tahun 1961 dan mengadopsi kebijakan kesepakatan internasional sampai kejatuhannya sebagai pemimpin Uni Soviet pada tahun 1991. Sekarang, realita Rusia jauh lebih lemah secara politik, ekonomi, geopolitik dan militer.

Sedangkan China, kecil kemungkinannya menjadi negara adidaya di dunia. Bahkan China hingga hari ini memang belum mampu menjadi negara besar secara global dan tetap menjadi negara besar secara regional meski memiliki kemampuan ekonomi dan militer serta ada peluang politik yang dapat dimanfaatkan. Tetapi pendeknya pandangannya, kurangnya kesadaran politiknya secara total, kurangnya keberanian dan kemauan politiknya, serta tidak membawa pesan atau gagasan universal, dan karena China tidak pernah menjadi negara besar dan rakyatnya tidak memiliki perasaan atau gagasan itu. China juga bekerja untuk menyenangkan Amerika. China tidak menantang Amerika, tidak bersaing dengannya dan tidak menelanjangi Amerika. Padahal semua itu merupakan salah satu ciri negara besar. Karena itu China tetap menjadi negara regional besar. Bahkan di masa Mao, China mengusung pesan, memiliki kesadaran politik dan mencoba untuk bersaing dengan Amerika dan Uni Soviet serta bekerja untuk menjadi negara besar secara global, namun China jua tidak negara besar secara global. Penggantinya membatasi politiknya di regionalnya.

Dan semua yang telah kami sebutkan menunjukkan berlipatgandanya tantangan bagi Amerika sebagai negara adidaya di dunia. Dan Amerika semakin turun ke bawah seiring dengan setiap krisis yang mengekspos kelemahan, ketidakmampuan dan kegagalannya serta kegagalan ideologi kapitalisme dan mandulnya solusi-solusi pada para pemikir dan politisinya. Hal itu membunyikan alarm meningkatnya indeks guncangan untuk mendekati terjadinya gempa besar yang menjatuhkan Amerika dari posisi pusat negara adidaya di dunia. Namun tidak ada kandidat negara besar manapun untuk menggantikannya di posisi ini.

Akan tetap ada negara-negara besar yang berdekatan bersatu satu sama lain dalam hal kekuatan pengaruh. Jadi akan terjadi kekosongan internasional dalam kepemimpinan dunia oleh negara adidaya di dunia.

Situasi ini menunjukkan makin dekatnya terwujudnya kabar gembira Rasulullah saw:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

“Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”.

Dengan izin Allah, Khilafah tegak untuk menegakkan keadilan, menyebarkan kebaikan dan petunjuk ke seluruh dunia dan menduduki kursi negara adidaya di dunia. Allah SWT beriman:

﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (TQS an-Nur [24]: 55). []

Sumber :

http://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/alraiah-newspaper/71168.html

http://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/5563-america-s-events-and-their-impact-on-the-international-situation-fifth-and-final-episode