March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Peristiwa-Peristiwa Amerika dan Dampaknya Terhadap Konstelasi Internasional (Episode Kedua)

Ditulis oleh al-ustadz As’ad Manshur

Surat Kabar ar-Rayah: 23-09-2020

Amerika telah menerima pukulan yang menyakitkan di tangan kaum Muslim di Irak dan Afghanistan, yang memaksanya untuk mengungkapkannya dengan cara yang berbeda bahwa Amerika tidak meraih kemenangan di kedua negeri itu.

Hal itu seperti yang dikatakan oleh mantan Presiden AS, Obama dan oleh banyak pejabat seperti Menteri Pertahanan AS di era Bush Jr. dan Obama Robert Gates yang mengatakan: “Amerika tidak akan pernah lagi berperang di dua medan perang pada saat yang bersamaan”. Amerika memutuskan untuk menarik diri dari Irak pada 2008 dan bersiap untuk menarik diri dari Afghanistan. Hal itu memberikan keberanian kepada Rusia untuk melancarkan serangan militer terhadap Georgia pada bulan Agustus 2008 untuk merebut Abkhazia dan Ossetia Selatan tanpa Amerika bergerak menentangnya.

Hal itu menandakan goyahnya posisi Amerika sebagai negara pertama di dunia. Pada 29/2/2020 lalu Amerika menandatangani perjanjian dengan Taliban untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, untuk menyelamatkan mukanya. Presiden Trump telah menulis tweet di akun Twitternya pada 9/10/2019 mengatakan: “AS menghabiskan 8 triliun dolar dalam pertempuran dan penjagaan keamanan di Timur Tengah. Ribuan tentara kami telah tewas atau terluka. Jutaan orang tewas di sisi lain. Pergi ke Timur Tengah adalah keputusan terburuk yang pernah ada”. Trump mengulangi kata-kata seperti itu lagi pada April lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Amerika tidak lagi mampu menanggung beban perang dan oleh karena itu tidak lagi sanggung menanggung beban sebagai negara pertama di dunia.

Krisis keuangan datang untuk mengungkap sejauh mana kerapuhan Amerika, sejauh mana kegagalan solusi Amerika dan solusi kapitalisme, dan sejauh mana kedalaman krisis yang belum pulih dampaknya meski telah berlalu sepuluh tahun. Hal itu telah mengguncang kepercayaan terhadap Amerika, ideologi kapitalisme dan sistem keuangan global yang didominasi Amerika, sistem yang disetujui di Bretton Woods pada tahun 1944 setelah keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia II dan sebagai negara paling kuat di dunia. Ketika krisis keuangan tahun 2008 terjadi, beberapa negara bergerak untuk mengambil inisiatif kepemimpinan. Mantan Presiden Prancis Nicholas Sarkozy menyerukan pembentukan sistem keuangan global baru sebagai alternatif dari sistem yang sekarang. Artinya, menjauhkan Amerika dari kepemimpinan sistem kapitalisme liberal, kontrolnya terhadap Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia dan menjatuhkan dolar sebagai mata uang utama yang dijadikan standar semua mata uang dan semua komoditas, terutama minyak dan emas. Demikian pula, muncul tuduhan Jerman bahwa Amerika bertanggung jawab atas krisis dan pemiskinan bangsa-bangsa dunia, seperti yang dikemukakan oleh mantan Menteri Keuangan Jerman, Peer Steinbrück, tahun itu. China menyerukan kembali ke sistem emas untuk meruntuhkan dominasi dolar. China bekerja bersama Rusia untuk melakukan pertukaran perdagangan dalam mata uang lokalnya. Ini merupakan indikasi terguncangnya posisi Amerika dengan bangkitnya negara-negara melawan hegemoni Amerika.

Perlawanan dan revolusi meletus di negeri-negeri Islam, terutama di negeri-negeri Arab, dan ditujukan menentang agen-agen Amerika dan Eropa. Amerika secara khusus terguncang dan disibukkan dengan itu dan masih disibukkan dengan itu, meski Amerika mampu menghalangi keberhasilannya hingga sekarang. Tetapi itu merupakan revolusi ummat yang diperhitungkan ribuan kali oleh Amerika. Karena Amerika menyadari bahwa meskipun Amerika mampu menghambat keberhasilannya sejauh ini, Amerika belum mampu menghilangkan akarnya atau mengatasi penyebab meletusnya. Karena itu, setiap saat revolusi itu bisa meledak. Semua itu bergantung pada peningkatan kesadaran ummat dan penemuan ummat atas kepemimpinan politik yang sadar dan tulus yang memimpinnya. Revolusi di negeri-negeri Arab menantang sistem global, seperti yang dikatakan Obama. Artinya secara khusus menentang Amerika yang mendominasi sistem global ini. Revolusi itu mempengaruhi seluruh dunia, bahkan di Amerika, yang mana meletus perlawanan mencontoh perlawanan di negeri-negeri Arab pada tahun 2011 yang menyerukan penggulingan rezim, di bawah slogan “Occupy Wall Street”.

Amerika memanfaatkan keadaan tersebut dan memobilisasi orang-orang di Ukraina untuk menjatuhkan agen-agen Rusia dari kursi kepresidenan. Rusia lalu menyerbu dan merampas Krimea dari Ukraina dan mendeklarasikan penggabungan Krimea ke Rusia pada tahun 2014. Rusia menggerakkan para pengikutnya di Ukraina timur untuk melakukan gerakan separatis mendeklarasikan berdirinya dua republik di sana. Hal tersebut dianggap sebagai tamparan di muka Amerika, yang memperkuat posisi Rusia di kawasan dan mengguncang kepercayaan kepada Amerika, serupa dengan yang terjadi di Georgia pada 2008 silam.

Amerika meluncurkan apa yang disebut ekonomi pasar dan globalisasi dan mendirikan Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun sembilan puluhan abad lalu, sehingga Amerika memimpin dunia dalam ekonomi. Tetapi Amerika adalah negara pertama yang melanggar semua perjanjian dan kebijakan ini. Amerika mengeluarkan undang-undang perlindungan yang bertentangan dengan semua itu. Amerika meluncurkan perang ekonomi terhadap semua di bawah presiden saat ini, Trump, yang meluncurkan slogan “America First” yang berarti bahwa Amerika pertama-tama dan terutama memikirkan kepentingannya, dan siap melanggar semua kesepakatan demi kepentingannya. Ini merusak kepercayaan kepada Amerika dan kepemimpinannya di dunia kapitalis liberal.

Amerika mulai melanggar semua perjanjian dan kesepakatan militer, politik, ekonomi dan lainnya yang telah diikatnya atau Amerika memainkan peran utama dalam menyusun dan mengeluarkannya. Amerika mulai melakukan atau menuntut penyusunannya kembali yang sesuai dengan kepentingannya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Hal itu seperti Perjanjian Perdagangan Bebas NAFTA dengan Kanada dan Meksiko, dan perjanjian pembatasan rudal jarak menengah dengan Rusia, perjanjian program nuklir dengan Iran, perjanjian iklim, dan Amerika keluar dari UNESCO dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Amerika pada 21/5/2020 mengumumkan niatnya untuk menarik diri dari Perjanjian Open Skies, yang mencakup 35 negara dan memungkinkan operasi pamantauan udara dengan pesawat tak bersenjata di wilayah udara. negara-negara yang berpartisipasi. Hal itu dalam langkah terbaru oleh pemerintahan Trump untuk menarik negara itu dari perjanjian internasional yang besar. Perjanjian Open Skies dahulu diusulkan oleh Presiden AS, Eisenhower pada tahun 1955 dan ditandatangani pada tahun 1992 dan mulai berlaku pada tahun 2002. Semua itu meningkatkan ketidaksukaan dunia terhadap Amerika dan merusak kepercayaan terhadap Amerika, kredibilitasnya dan sejauh mana komitmennya terhadap perjanjian dan kesepakatan.

Amerika mulai menyerang Uni Eropa setelah sebelumnya menganggapnya sebagai mitra, meskipun secara lahiriah. Amerika secara terbuka menyeru anggota Uni Eropa untuk keluar dari Uni Eropa. Amerika mendukung Brexit dan meminta negara lain untuk keluar dari Uni Eropa. Bahkan menyeru Prancis, pendiri utama Uni Eropa, untuk keluar darinya. Hal itu terjadi dalam kunjungan Presiden Prancis ke Amerika pada 2018 ketika dia berusaha meyakinkan Amerika untuk membatalkan keputusannya untuk keluar dari kesepakatan program nuklir Iran. Amerika mulai menyerang negara-negara Eropa yang berpengaruh, terutama Jerman dan Prancis. Bahkan Amerika mengancam akan meninggalkan NATO, yang dipimpinnya. Terjadi diskusi sengit dalam pertemuan-pertemuan NATO, untuk menekan anggotanya untuk membayar kewajiban mereka sebesar 2% dari total pendapatan nasionalnya. Sementara Amerika menanggung sebagian besar biaya NATO padahal Amerika sedang berada di bawah krisis ekonomi dan keuangan. Hal itu menunjukkan bahwa waktu di mana Amerika membelanjakan uang tanpa hitungan terhadap dunia Barat seluruhnya dan mengekspor proyek penyelamatan seperti Marshall Plan dan Proyek Truman serta proyek bantuan untuk orang-orang di dunia telah berlalu … Amerika telah menjadi pihak yang membutuhkan pihak untuk menyelamatkannya dan membantunya. Ini menegaskan bahwa posisi Amerika di dalam konstelasi internasional telah melemah dan kepercayaan terahdap kemampuannya telah terguncang.

Amerika mulai memasuki perselisihan sengit dengan sekutunya negara-negara G7 yang dipimpinnya, karena negara-negara ini mulai menentangnya dan tidak mendengar kata-katanya. Satu hal yang menunjukkan penurunan posisi internasional Amerika. Hal itu memaksa Presiden Trump baru-baru ini pada 31/5/2020 menggambarkan kelompok itu (G7) sebagai kelompok kuno dan ketinggalan zaman. Dia menyerukan pembaruan G-7 yang sesuai dengan kepentingan Amerika ketika dia melihat tentangan sekutu kepadanya. Dia meminta Rusia untuk dimasukkan yang mana Amerika memberlakukan sanksi secara sendiri dan mengeluarkannya dari kelompok itu pada tahun 2014 disebabkan aneksasinya terahdap Krimea. Trump menyerukan dimasukkannya Korea Selatan, India dan Australia untuk menggunakan negara-negara ini guna menghadang negara-negara Eropa, anggota yang mulai menentang Amerika. Amerik membawa serta Kanada. Adu argumen dan saling serang terjadi di antara mereka, seperti yang terjadi dalam pertemuan G-7 dalam tiga tahun terakhir antara Italia, Brussel, Kanada, dan Prancis. Jerman, Inggris, dan Prancis menolak gagasan penggabungan negara-negara itu ke G-7  dan menolak untuk berpartisipasi dalam KTT yang dijadwalkan pada Juni lalu, yang memaksa Trump untuk menundanya hingga September. Hal itu menunjukkan jatuhnya prestise AS di mata sekutunya dan berikutnya di mata seluruh dunia. Juga menunjukkan bahwa negara-negara ini menyadari posisi Amerika yang goyah sehingga menentangnya.

Amerika membatalkan proyek solusi dua negara di Palestina, yang diluncurkannya pada tahun 1959. Amerika dulu bekerja untuk mengimplementasikannya dan membuat semua pihak dan seluruh dunia untuk menerimanya. Jadi kegagalannya tampak padahal Amerika bekerja giat untuk mengimplementasikannya selama enam puluh tahun. Amerika menjatuhkan proyek Inggris berupa proyek negara demokratis sekuler di Palestina yang menyatukan Muslim, Kristen dan Yahudi mengikuti model negara Lebanon. Hal itu agar proyek Amerika sukses. Bahkan Amerika membuat Inggris mengadopsi proyeknya dan menunjuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai ketua Kuartet yang dibentuknya bersama Rusia, Uni Eropa, dan PBB untuk melaksanakan solusi dua negara itu. Amerika mengumumkan proyek Kesepakatan Abad (Century Deal) pada 28/1/2020. Tetapi tidak ada negara yang mendukung proyek tersebut. Eropa menyatakan penolakannya secara terus terang, demikian juga Rusia. Ini menunjukkan bahwa negara-negara besar dan lainnya sekarang dapat menolak proyek-proyek Amerika, tidak lagi seperti dahulu yang mana semua negara dibuat harus mematuhi proyeknya. []

Sumber  :

http://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/alraiah-newspaper/70673.html http://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/5499-america-s-events-and-their-impact-on-the-international-situation-the-second-episode