March 28, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Pentas Kemaksiatan Terbesar Digelar di Arab, Penjajahan Sekularisme Semakin Kuat

Oleh: Dini Azra

Baru-baru ini, berlangsung sebuah pagelaran megah bertajuk Riyadh Season 2021 di Riyadh, Arab Saudi. Riyadh Season 2021 ini merupakan pagelaran festival terbesar pertama di Arab Saudi sepanjang sejarah. Acara yang dibuka sejak 20 Oktober 2021 menghadirkan beberapa event seperti fashion, makanan, kembang api, juga konser musik. Rapper internasional Pitbull turut memeriahkan konser musik pada pembukaan, yang dihadiri tak kurang dari 250.000 orang. Pitbull menyatakan kebahagiaannya karena telah diberi kesempatan tampil di pembukaan Riyadh Season. Penampilan rapper asal Amerika ini memiliki makna khusus bagi industri hiburan global, yaitu mencirikan bahwa Riyadh Season 2021 mengusung konsep hiburan internasional.

Memang benar bahwa pembukaan festival yang dibumbui beragam mahakarya internasional ini bertujuan untuk membentuk ikon hadirnya Hiburan Arab Saudi ke tingkat global. Ketua Dewan Direksi Otoritas Hiburan Umum (GEA) Arab Saudi, Turki Al Sheikh berbicara di depan hadirin.

“Saya menyampaikan terima kasih dan terima kasih yang tulus kepada Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman bin Abdulaziz, dan Yang Mulia Putra Mahkota, bapak Visi dan pemimpin kami yang menginspirasi, atas dukungan tak terbatas mereka untuk sektor hiburan dan Riyadh Season,” kata Turki Al-Sheikh, sebagaimana dilaporkan alarabiya.

“Di Musim pertama, moto kami adalah ‘Bayangkan!’ dan di Musim kedua, moto kami adalah ‘Bayangkan lebih banyak!’ Apakah Anda percaya itu? Pasti Anda akan percaya, selama kita memiliki kepemimpinan yang menginspirasi yang mendorong setiap orang Saudi meningkatkan tingkat ambisi mereka untuk mencapai impian mereka. Selamat datang di Riyadh Season,” ujar Turki al-Sheikh. (Asiatoday.id, 21/10/2021)

Seperti diketahui semenjak industri minyak bumi yang menjadi pilar ekonomi Arab Saudi mengalami defisit karena anjloknya harga minyak dunia tahun 2015, Arab Saudi telah memutuskan untuk melakukan reformasi ekonomi dan agenda Arab Saudi 2030. Kekuatan ekonomi akan beralih dari ekonomi berbasis minyak bumi ke sektor non migas seperti pariwisata, perbankan, dan teknologi. Arab Saudi juga semakin terbuka dan memodernisasikan diri. Maka dari itu, upaya menggenjot sektor pariwisata terus dilakukan, meskipun harus permisif terhadap budaya-budaya liberal.

Sebagian orang tentu beranggapan bahwa pembukaan Riyadh Season 2021 adalah sebuah pencapaian luar biasa yang sukses mencengangkan dunia. Namun bagi umat Islam yang beriman, pagelaran musik seperti ini tak ubahnya sebuah pentas kemaksiatan besar-besaran yang diselenggarakan di negeri Arab. Negeri yang dulunya mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW di awal kelahiran agama Islam.

Sungguh memprihatinkan menyaksikan Arab Saudi yang duiu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, kini ikut terjajah paham sekularisme. Bukan saja konser musik yang diselenggarakan, belakangan pantai bikini telah dibuka agar pria dan wanita bisa menikmati ombak bersama tanpa dipisahkan. Bahkan aturan terbaru juga membolehkan pasangan belum menikah berbagi kamar di hotel. Riyadh Season membuktikan semakin dijauhkannya umat dari syariat.

Hal ini mengingatkan kita pada hadist Nabi SAW tentang tanda-tanda akhir zaman. Imran ibn Hushain RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Umat ini akan melihat manusia-manusia yang dikutuk Allah hingga berubah wujud, bumi amblas dan hujan batu.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah itu terjadi?” Beliau  menjawab, “Apabila para penyanyi wanita dan alat-alat musik sudah bermunculan,” (HR. Tirmidzi)

Umat Islam tak boleh memangabaikan apa-apa yang telah disampaikan Nabi SAW sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Apalagi sampai menyangkal bahwa sekarang belumlah akhir zaman, malah dunia sedang pesat-pesatnya berkembang dengan berbagai penemuan mutakhir. Takutlah akan azab Allah yang dahsyat, apabila kemaksiatan semakin merajalela.

Orang kafir boleh saja berbangga dengan segala keberhasilan yang diraihnya, sebab dunialah satu-satunya tujuan bagi mereka. Namun, umat Islam memiliki tujuan jangka panjang. Dan harus disadari bahwa dunia ini bukanlah akhir perjalanan manusia. Karena itu, umat Islam tidak boleh ikut terlena dan takjub dengan gebyar kemaksiatan yang dibungkus dengan istilah hiburan, modernitas, dan lainnya.

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi di negara Arab Saudi yang sebelumnya cukup konservatif menjunjung tinggi nilai-nilai Islam? Bukan hanya Arab Saudi, hampir seluruh negeri berpenduduk Muslim juga mengalami hal serupa. Hal ini terjadi karena para penguasa sudah terjerat dengan ide sekulerisme-kapitalistik, pemisahan agama dari negara.

Manfaat dan keuntungan materi dijadikan tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Pemerintah yang berkuasa akan berusaha dengan segala cara untuk menjadikan ekonomi negaranya kuat. Sehingga, tidak mengapa bangsa kehilangan jati dirinya dengan mengadopsi ide-ide negara modern dan maju agar diakui di dunia global. Hal ini seperti yang pernah digambarkan dalam hadist lubang biawak.

Selain itu juga kerusakan sudah berada pada diri masyarakat. Sebab, masyarakat sendiri sudah merasa nyaman dengan kerusakan disekitarnya. Bahkan banyak yang mendukung kebijakan negara karena menginginkan kebebasan ala barat. Syariat Islam yang selama ini menjadi kultur budaya dan karakter uamt Islam, dianggap sebagai pengekangan.

Banyak yang gembira dan ber-euforia dengan reformasi yang terjadi. Namun, tentu masih ada sebagian masyarakat yang masih terjaga akidah dan keimanannya, baik dari kalangan ulama atau rakyat awam. Umat Islam inilah yang seharusnya melakukan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap pemerintah sesuai dengan kapasitasnya. Jangan sampai mendiamkan apalagi membenarkan.

Sungguh berat ujian di akhir zaman bagi orang-orang beriman. Fitnah semakin banyak dan semakin kuat untuk membendung kebangkitan Islam. Stigma dan stereotip yang dilabelkan pada umat Islam, seolah-olah Islam adalah agama yang keras, sadis, eksklusif, tidak terbuka dengan dunia luar, hingga tuduhan ekstremisme dan radikal telah masuk ke dalam fikiran umat Islam.

Maka tidak heran jika banyak umat Muslim terjangkit Islamophobia. Merasa tertuduh dengan stigma tersebut sehingga memilih untuk membebek pada budaya sekuler-liberal. Ini semua tentu tidak terjadi begitu saja, tapi melalui propaganda-propaganda yang terus menerus dilakukan secara masif melalui berbagai opini media dan kekuatan ekonomi.

Umat Islam tak boleh merasa inferior menghadapi kondisi zaman seperti ini. Semuanya terjadi memang karena ketetapan Allah SWT, namun manusia ada amal yang akan dipertanggungjawabkan dalam setiap masa. Karena di dunia ini ada kalanya umat Islam mengalami masa keemasan, ada kalanya berada pada masa kekalahan.

Memang saat ini kaum kafir diizinkan Allah SWT berkuasa di dunia seperti sekarang. Namun, akan tiba masanya umat Islam akan kembali berjaya, mengambil alih kepemimpinan dunia, dan menegakkan hukum Allah di atas bumi-Nya. Islam tetap mulia meski diserang dengan berbagai cara. Jika ingin menjadi penolong agama-Nya, tetaplah berpegang teguh pada tali agama Allah.

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.  (H.R. Malik No : 1395)

Berpegang teguh artinya menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Jadikan hidup ini sebagai ladang untuk beribadah, beramal sesuai sunnah, dan senantiasa melakukan aktivitas dakwah.

Dakwah dilakukan baik bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat bahkan terhadap penguasa serta pemerintah apabila kebijakannya salah. Tempatkan diri agar selalu berada di pihak yang benar dan menjadi musuh kebatilan. Yakinlah, bahwa kekuasaan kaum kafir akan segera dicabut oleh Allah dan dikembalikan kemenangan itu ke tangan umat Islam.[]

Wallahu a’lam bisshawab.