March 28, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Pandemi Terus Menghantam Kapitalisme Global Hingga Bangkrut

Ketika wabah covid-19 menghantam dunia di awal tahun 2020, sejak itu pula IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh minus tahun 2020 ini, bahkan lebih buruk dari krisis global tahun 2008 dan lebih buruk lagi dari great depression tahun 1930-an. (tirto.id, 20/5/2020).

Krisis global pada tahun 2008-2009 bermula dari krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat pada akhir 2007 dan bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers. Krisis keuangan di AS tersebut menjalar ke berbagai negara hingga mengakibatkan krisis keuangan global yang terasa pada akhir 2008 hingga 2009.

Bagaimana krisis tersebut bisa terjadi? Krisis tersebut terjadi akibat tidak seimbangnya sektor keuangan dengan sektor produksi karena adanya praktek monopoli sumber daya ekonomi oleh korporasi besar dan negara maju terhadap negara miskin. AS dan Eropa pada saat itu telah menjadi pusat keuangan dunia, dan hampir seluruh produk keuangan berasal dari AS kemudian dijual ke negara-negara di seluruh dunia.

Kredit perumahan kelas dua di AS sebagai awal terjadinya krisis, dibeli oleh berbagai negara yang percaya bahwa daya tahan ekonomi AS jauh lebih kuat dari negara lainnya, karena AS memiliki sumber daya keuangan yang sangat besar. Namun kenyakinan tersebut salah seiring dengan macetnya kredit perumahan. Kenapa kredit perumahan bisa macet? Karena hutang atau pinjaman berbasis bunga ditambah bertambahnya pengeluaran masyarakat sehingga sulit untuk melakukan pembayaran.

Krisis keuangan tersebut berkembang ke krisis perbankan hingga menjadi krisis ekonomi. Sejak tahun 80-an, dunia telah melakukan deregulasi dan swastanisasi ekonomi secara besar-besaran, pengelolaan ekonomi diserahkan kepada korporasi swasta. Seperti yang disampaikan sebelumnya, akibat monopoli swasta yang terus berkembang tersebut menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa hingga investasi bergerak ke sektor keuangan. Sehingga The Fed sebagai Bank Sentral di AS, juga Bank Sentral di negara lain akhirnya juga memproduksi uang dan menciptakan regulasi ekonomi.

Gambaran kriss tahun 2008 ini menunjukkan sistem perbankan telah tumbuh menjadi bagian dari industri keuangan, yang menjadikan ekonomi riil memiliki ketergantungan yang luar biasa besar dengan bank. Dan bahkan tidak ada pertumbuhan dari sektor riil. Akhirnya ketika bank collapse akibat krisis likuiditas di pasar, mau tidak mau ekonomi sektor riil kena imbasnya. Yang terjadi berikutnya adalah tidak hanya menciptakan krisis keuangan atau perbankan tapi menimbulkan krisis ekonomi.

Kejadian tidak jauh berbeda pada tahunu 1930-an, yaitu krisis The Great Depression. Depresi Besar merupakan pukulan telak bagi perekonomian Amerika mengingat sepanjang tahun 1920-an ekonomi AS berkembang begitu pesat. Namun ternyata, ekonomi yang tumbuh pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Indeks saham melejit hingga mencapai puncaknya pada Agustus 1929.

Mimpi buruk Amerika Serikat mulai datang pada September 1929, ketika harga saham secara perlahan terus turun. Puncaknya terjadi pada 24 Oktober 1929 ketika terjadi pelepasan saham-saham secara masif. Sebanyak hampir 13 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu sehari. Indeks saham jatuh sangat dalam hanya dalam waktu sehari. Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh hingga 11 persen dalam sehari. Peristiwa itu disebut publik dengan “Black Thursday”.

Lima hari kemudian, pada 29 Oktober 1929, tepat hari ini 89 tahun lalu, krisis di bursa saham mencapai titik terparah. Enam belas juta lembar saham terjual dalam suasana kepanikan luar biasa. Orang-orang menyebut kejadian ini dengan “Black Tuesday” dan menjadi salah satu hari yang paling dikenang dalam sejarah ekonomi dunia. Inilah awal mula dari depresi besar yang lazim dikenal sebagai “Krisis Malaise”.

Sekali lagi apa yang terjadi ketika perekonomian tidak terjadi pada sektor riil namun pada sektor non-riil. Lebih parah lagi selain menjadikan uang sebagai komoditas, tidak lagi sebagai alat tukar, ditambah komoditas lainnya yaitu pasar saham, yaitu jual beli pada lembar saham, yang tidak lain cenderung kepada jual beli spekulasi yang artinya perjudian.

Apa yang terjadi krisis hari ini sebenarnya bukan hanya karena pandemi saja, namun akibat dari ekonomi berbasis riba yaitu simpan pinjam dan perbankan, serta di tambah transaksi-transaksi sektor non-riil yaitu uang dan lembaran saham. Ini lah faktor utama rusaknya sistem kapitalis. Pandemi hanya semakin mempercepat pereknomian kapitalis jatuh ke jurang yang lebih dalam. Hingga kapitalisme global ini mengalami kebangkrutan yang semakin parah.

Kenapa pandemi menyebabkan hancurnya ekonomi kapitalis? Hal ini disebabkan oleh banyak usaha dan bisnis di tutup sementara, yang paling parah pada sektor transportasi dan jasa, pembatasan luas pada perjalanan dan mobilitas, gejolak pasar keuangan dan pendapatan masyarakat yang tidak menentu. Belum lagi PHK dan pengangguran semakin bertambah hinga kirasan 26 juta orang.

AS sebagai negara penganut sistem kapitalisme dan pemimpin global ekonomi adalah negara yang mempunyai utang negara tebesar di dunia. Total utang AS hingga saat ini mendkati US$25 Triliun atau sekitar Rp 276 kuadrilliun. AS berhutang dengan menjual obligasi pemerintah, yang basisnya adalah sistem ribawi, yaitu simpan pinjam berbunga.

Jadi apabila kita simpulkan kerusakan sistem kapitalisme karena faktor-faktor sebagai berikut; sistem ribawi atau bunga, mata uang berbasis dollar/fiat money, pasar saham dan sektor ekonomi non-riil. Pandemi covid-19 hanyalah aktor untuk menghantam ekonomi yang lemah tersebut, sehingga kebangkrutan kapitalisme global semakin nyata. Kalaupun mencoba menyelamatkan diri, hanya semakin menumpuk hutang dan sekedar menunda waktunya saja.

Wallahua’lam.