April 18, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Naskah Khutbah ‘Idul Adha 1441 H

Naskah Khutbah ‘Idul Adha 1441 H.

KETAATAN TOTAL TERHADAP SYARIAH KONSEKUENSI KEIMANAN

Khutbah Pertama

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَمِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.

الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّى الأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الأُمَّةَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.

اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ﴾

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Kaum Muslim rahîmakumulLâh.

Hari ini, umat Islam di seluruh dunia telah disatukan oleh Allah SWT sebagai satu umat. Kita merayakan Hari Raya ‘Idul Adha bersama-sama, sebagai umat Islam. Bukan sebagai bangsa Arab, Afrika, Eropa, Amerika, Australia maupun Asia. Kita merayakan hari agung yang suci ini sebagai satu umat. Kita diikat oleh akidah yang sama. Kita pundiatur dengan hukum yang sama.

Sayang, kesatuan umat ini hanya sesaat. Begitu selesai mengerjakan shalat Idul Adha dan menunaikan ibadah haji, kesatuan itu pun sirna. Lebih dari satu setengah miliar umat Islam yang kini tengah merayakan ‘Idul Adha itu pun kembali menjadi buih. Tak berdaya menghadapi berbagai persoalan yang terus-menerus menimpa mereka. Perpecahan, pertikaian, perselisihan, pelanggaran hak-hak kemanusiaan, ketidakadilan, kemiskinan dan berbagai problemlainnya begitu nyata di depan mata.

Hadirin rahîmakumulLâh.

Hari ini kita berbahagia. Bahagia karena masih memiliki harapan dengan amal salih yang kita lakukan.Setelah selesai kita melakukan ibadah Hari Arafah, juga mengisi sepuluh hari Dzulhijjah dengan berbagai amal shalih, kita merayakan Idul Qurban.Kita berharap semoga Allah SWT membebaskan kita dari azab api neraka. Semoga Allah SWT punmemasukkan kita ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.

Kita juga berbahagia menyaksikan kaum Muslim mengagungkan AllahSWT.Mereka berbondong-bondong untuk menunaikan shalat Id berjamaah. Mereka bersimpuh bersama mendengarkan khutbahini.

Realitas ini menunjukkan kepada kita bahwa inilah jatidiri umat Islam yang sebenarnya. Satu kesatuan yang utuh dan kokoh. Realitas ini pun menunjukkan bahwa umat ini adalah umat yang satu. Diikat oleh akidah yang sama, akidah Islam. Diatur oleh hukum yang sama, yaitu syariah Islam. Memiliki kitab yang sama, al-Quran al-Karim. Juga menghadap kiblat yang sama,yakni Ka’bah.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Hadirin Jamaah Idul Adha rahîmakumulLâh.

Pada HariIdul Adha1441 H ini, biasanya kita diingatkan dengan peristiwa agung. Itulah pengorbanan Nabi Ibrahim as. dalam menaati perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail as. Bagi Nabi Ibrahim as., Ismail adalah buah hati, harapan dan cintanya yang telah sangat lama didambakan. Akan tetapi, di tengah rasa bahagia itu, turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah SWT berfirman:

﴿قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ﴾

“Anakku, sungguh Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih kamu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu.”(QS ash-Shaffat [37]: 102).

Menghadapi perintah itu, Nabi Ibrahim as. mengedepankan kecintaan yang tinggi, yakni kecintaan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaan kepada selain-Nya, yakni kecintaan kepada anak, harta dan dunia. 

Demikian pula dengan Ismail as., putranya. Perintah untuk taat itu disambut oleh Ismail as. dengan penuh kesabaran dan ketaatan. Demikian sebagaimana yang dikisahkan di dalam firman Allah  SWT:

﴿يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ﴾

“Ayah, lakukanlah apa saja yang telah Allah perintahkan kepada engkau. Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”(QS ash-Shaffat [37]: 102). 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Ma’âsiral MuslimînrahîmakumulLâh.

Kisah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. tersebut telah menjadi teladan bagi kaum Muslim saat ini. Teladan dalam pelaksanaan ibadah haji dan ibadah kurban. Juga teladan dalam ketaatan,perjuangan dan pengorbanan demi mewujudkan ketaatan pada aturan Allah SWT secara kâffah.  

Ketaatan kepada Allah SWT tentu tidak hanya sebatas pada hukum-hukum ibadah ritual saja, melainkan menaati seluruh syariahIslam yang mulia. Tentu kita yakin bahwa seluruh aturan hukumIslamyang berasal dari Sang Maha Pencipta ini pasti merupakan solusi bagi problematikaumat manusia dan pasti mendatangkan maslahat.

Wujud ketaatan kepada Allah SWT itu adalah penerapan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita: mulai individu, keluarga, ekonomi, pendidikan, politik hingga negara. Sangat tegas Allah SWT memerintahkita agar terikat dengan seluruh aturan Allah SWT secara kaffah! Allah SWT berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalianmengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian(QS al-Baqarah [2]: 208).

Saat menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahulLah berkata, “Allah SWT memerintahpara hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan Rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariah (Islam); melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya sesuai kemampuan mereka.”(Tafsir Ibn Katsir, 1/565).

Patut diingat, ketaatan total terhadap syariah secara kaffah itu merupakan konsekuensi keimanan. Hal ini didasarkan pada banyak dalil al-Quran maupun as-Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah SWT:

 فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka atas putusan yang telah engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS al-Nisa` [4]: 65).

            Ayat ini dengan jelas menafikan keimanan seseorang hingga dia mau menjadikan Rasul saw. sebagai hakimdalam semua urusannya, disertai dengan sikap tunduk dan pasrah terhadap keputusan tersebut. Itu artinya, keimanan meniscayakan ketaatan pada syariah secara kaffah.

Sungguh tidak pantas seorang Mukmin menolak penerapan syariah Islam secara kaffah, secara total. Termasuk menolak apalagi sampai mengkriminalkan sebagian ajaran Islam, ajaran Islam tentang jihad dan Khilafah. Misalnya, Khilafah dituduh mengancam bangsa dan disamakan dengan ajaran Komunisme. Padahal Komunisme itu anti Tuhan, anti agama dan  anti ulama!

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Ma’âsiral MuslimînrahîmakumulLâh.

Tentang jihad, amat banyak ayat dan hadis yang memerintahkanamalan mulia ini. Di antaranya adalah sabda Rasulullah saw.:

« رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ »

Pokok semua perkara adalah Islam. Tiangnya adalah shalat. Puncaknya adalah jihad di jalan Allah(HR at-Tirmidzi dan Ahmad).

Kemuliaan dan keagungan jihad juga diterangkan dalam hadis dari Abu Hurairah ra. Disebutkan bahwa pernah ada seorang sahabat Rasulullah saw. melewati satu lembah yang memiliki mata air yang sangat jernih sehingga sangat menarik bagi dirinya. Dia pun berkata, “Andai aku ber-‘uzlah dari manusia dan tinggal di lembah ini dan aku tidak akan berbuat sampai Rasulullah saw. mengizinkan aku.”

Lalu hal itu diceritakan kepada Rasulullah saw. Beliau lalu bersabda:

«لاَ تَفْعَلْ، فَإِنَّ مُقَامَ أَحَدِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ سَبْعِينَ عَامًا، أَلاَ تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَيُدْخِلَكُمُ الجَنَّةَ، اغْزُو فِي سَبِيلِ اللهِ، مَنْ قَاتَلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَوَاقَ نَاقَةٍ وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ»

“Jangan engkau lakukan itu. Kedudukanmu di jalan Allah lebih utama daripada shalat yang engkau lakukan di rumahmu selama 70 tahun. Tidakkah engkau ingin agar Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan dirimu ke dalam surga? Karena itu berjuanglah di jalan Allah. Siapa saja yang berjihad di jalan Allah barang sebentar, wajib bagi dia masuk  surga.” (HR at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Lalu bagaimana mungkin ada orang yang mengaku dirinya beriman menolak dan mengkriminalisasi ajaran Islam tentang jihad?

Demikian juga dengan Khilafah. Dalilnya sangat banyak dan jelas. Tak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mu’tabar tentang kewajibannya. Al-Imam al-Nawawi rahimahulLah berkata:

وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ نَصْبُ خَلِيفَةٍ وَوُجُوبُهُ بِالشَّرْعِ لَا بِالْعَقْلِ

Mereka (para ulama) bersepakat bahwa wajib atas kaum Muslim untuk mengangkat seorang khalifah. Kewajiban ini berdasarkan nas syariah. Bukan berdasarkan logika(Syarhan-Nawawi ‘alâ Muslim, 12/205).

Lalu bagaimana bisa ada orang yang mengaku dirinya Muslim memusuhi Khilafah yang juga merupakan ajaran agamanya sendiri?

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Ma’âsiral MuslimînrahîmakumulLâh.

Islam adalah agama dari Allah SWT. Semua ajarannya benar. Tak perlu ditakuti. Tak boleh dianggap ancaman. Islam dan syariahnya justru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Itulah juga yang dipraktikkan oleh Rasulullah saw.

Rasulullahsaw. hadir di tengah masyarakat dengan membawa Islam. Tentu untuk membebaskan manusia dari beban penderitaan yang membelenggu mereka, mencerdaskan mereka, memperbaiki masyarakat dan menebarkan rahmat bagi semesta alam. Beliau juga datang untuk menghancurkan tirani kezaliman dan rezim kediktatoran manusia.

Semestinya, itu pula yang harus dilakukan oleh umatnya. Seorang Muslim tidak boleh bersikap cuwek dengan kondisi masyarakat. Sebaliknya, hendaknya ia dengan penuh keberanian hidup dan beramal di tengah masyarakatnya, mempertahankan dan menyampaikan kebenaran keyakinannya kepada orang lain dan penguasa zalim, serta menjadi saksi atas realitas kehidupan manusia.

Dalam kondisi sekarang, kaum Muslim juga wajib berjuang keras melenyapkan sistem kufur yang membelenggu mereka seperti kapitalisme, liberalisme, sekularisme, sosialisme dan komunisme. Lalu mereka harus menggantikan semua itu dengan syariah Islam. Syariah Islam pasti menghadirkankedamaian dan ketenteraman,mewujudkan kesejahteraan, serta mendidik manusia agar memiliki kesantunan-akhlak mulia.

            Seorang Muslim harus peduli terhadap keadaan lingkungan sekitarnya.Sebagai contoh, ia tidak membiarkan tetangganya kelaparan, sementara dia tahu.Rasulullah saw. bersabda:

« مَا آمَنَ بِيْ مَنْ بَاتَ شَبْعَانً وَ جَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَ هُوَ يَعْلَمْ بِهِ »

Tidak beriman kepadaku orang yang tidur kenyang, sementara tetangganya kelaparan dan dia tahu(HR ath-Thabarani dan al-Bazzar).

Selain gemar beribada kepada Allah SWT, seorang Muslim juga seharusnya peduli kepada sesamanya dan menyayangi mereka. Dalam Hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:

«إِنَّمَا أَتَقَبَّلُ الصَّلاةَ مِمَّنْ تَوَاضَعَ بِهَا لِعَظَمَتِي وَلَمْ يَسْتَطِلْ عَلَى خَلْقِي وَلَمْ يَبِتْ مُصِرًّا عَلَى مَعْصِيَتِي وَقَطَعَ نَهَارَهُ فِي ذِكْرِي وَرَحِمَ الْمِسْكِينَ، وَابن السَّبِيلِ وَالأَرْمَلَةَ وَرَحِمَ الْمُصَابَ»

“Aku hanya akan menerima shalat dari orang yang merendahkan diri karena kebesaran-Ku, tidak sombong kepada makhluk-Ku, tidak bermalam seraya mengulangi maksiat kepada-Ku, menghabiskan harinya dalam mengingat-Ku; juga menyayangi orang miskin, ibnu sabil dan para janda, serta mengasihi orang-orang yang tertimpa musibah.”(HR al-Bazzar).

Demikian pula memperbaiki hubungan sesama manusia sehingga tercipta perdamaian. Rasulullah saw. bersabda:

«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ؟» قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ، وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ»

“Maukah aku beritahu kalian yang lebih utama dari derajat shaum, shalat dan sedekah?” Para Sahabat menjawab,  “Tentu, ya Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, ”Yaitu mendamaikan dua pihak yang bersengketa, sementara rusaknya hubungan diantara orang itu membinasakan.” (HR Abu Dawud).

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

Ma’âsiral MuslimînrahîmakumulLâh.

            Nyatalah, tak ada yang patut ditakuti dari ajaran Islam. Ini juga dibuktikan dalam sejarah. Islam memiliki peran yangsangat besar dalam membangun peradaban dunia melalui sejarah panjang Khilafah Islam. Mulai dari Khulafaur Rasyidin sampai Khilafah Utsmani. Selama seribu tahun lebih Islam menghadirkan peradaban dunia modern, kedamaian, kesejahteraan, ketenteraman bagi umat manusia yang bermacam suku, bangsa, ras,  agama dan kepercayaan karena syariah Islam yang ditaati.

Islam adalah way of life. Islam adalah pedoman dan solusi bagi kehidupan kita. Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Pada titik inilah masyarakat harus didorong untuk mengamalkan Islam dengan sempurna dalam dirinya sendiri, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Ketaatan total terhadap syariah Islam, sekaligus mewujudkan penerapannya secara kaffah dalam Khilafah Islam,adalah konsekuensi keimanan kita sebagai Muslim.

Kini saatnya kita menghimpun seluruh potensi umat untuk melahirkan generasi shalih dan bertakwa. Insya Allah, generasi hari ini suatu saat akan memimpin manusiamenuju kedamaian, berkeadilan dan kesejahteraan dengan syariah Islam yang kaffah. Generasi yang mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin dalam naungan Khilafah Islam.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita hidayah dan taufik-Nya. Semoga Allah SWT menolong kita agar dapat menjadi hamba-Nya yang shalih. Semoga Allah SWT pun memberi kita kemampuanuntuk mewujudkan keshalihan, kebaikan dan perbaikan di tengah umat serta menerapkan syariah-Nya secara kaaffah.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ،أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَللهُ أكْبَرُ، اَللهُ أكْبَرُ، اَللهُ أكْبَرُ

اَللهُ أكْبَرُ، اَللهُ أكْبَرُ، اَللهُ أكْبَرُ، اَللهُ أكْبَرُ

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ،

لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ، اللهُ أكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ الله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَه وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ.

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَمَّا بَعْدُ:

فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا اللهَ فَقْدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْنَ.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهَ الحَمْدُ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ….

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ