April 16, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Menonton Film Jejak Khilafah di Nusantara

Oleh : Fitri Khoirunisa, A. Md (Penggiat Literasi Islam Kalimantan Barat)

Saat ini di sosial media telah di hebohkan oleh rencana pemutaran film dokumenter Jejak Khilafah Di Nusantara yang akan ditayangkan pada 20 Agustus 2020 bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H.  Penulis sangat senang sekali dengan adanya pemutaran film ini,  karena akan membuka tabir jejak Khilafah nan mulia ini di Nusantara.

Tagar #Kamisfilmkhilafah pun mencapai trending di Twitter, Selasa(18/8) kemarin. Berbarengan dengan trending tersebut, menyusul tagar #TiketGratisFilmKhilafah juga menjadi populer dan mengajak siapapun untuk menonton pemutaran film tersebut dengan cara mendaftarkan diri agar mendapatkan tiket secara gratis. Harapannya para penonton dapat mengetahui penyebaran agama Islam dan jejak Khilafah di Nusantara.

Sejarah Nusantara tidak bisa lepas dari eksistensi dan peran Khilafah khususnya Turki Utsmaniyah dalam membangun peradaban dan penyebaran agama Islam. Banyak sejarah tentang perkembangan peradaban di Indonesia dari zaman kerajaan hingga kemerdekaan namun sedikit sekali menceritakan tentang pengaruh Khilafah dan agama Islam. Oleh karenanya film ini bisa jadi merupakan film perdana, yang membahas tentang awal mula masuknya Islam, hubungan masyarakat dan kesultanan Islam di Nusantara dengan Khilafah Islamiyah, serta penjelasan tentang sumbangsih Islam terhadap peninggalan dan peradaban di Nusantara.

Jika Islam banyak berpengaruh di Nusantara, lantas benarkah Islam masuk ke Indonesia melalui cara yang tidak sengaja dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah? Justru perkembangan Islam di Nusantara dilanjutkan dengan tujuan yaitu penerapan Islam dalam institusi politik atau sistem pemerintahan (baca: kesultanan). Hal ini ditunjukkan dengan munculnya kesultanan-kesultanan Islam yang menerapkan aturan-aturan Islam, misalnya Kesultanan Islam Perlak, yang didirikan pada 1 Muharam 225 H atau 12 November 839 M, Kesultanan Samudera Pasai (1042 M), dan Kesultanan Islam Aceh (1025 M).

Islam juga masuk ke Kepulauan Maluku pada tahun 1440 M. Muncullah Kesultanan Ternate dengan rajanya bernama Banyang Ullah yang sudah memeluk agama Islam, namun belum menerapkan Islam sebagai institusi politik. Kesultanan Ternate baru menjadi institusi politik Islam setelah Kerajaan Ternate menjadi Kesultanan Ternate, dengan sultan pertamanya Sultan Zainal Abidin pada tahun 1486 M.  Kesultanan lain yang menjadi representasi Islam di Maluku adalah Kesultanan Islam Tidore dan Kerajaan Bacan dengan sultan pertamanya adalah Sultan Zainulabidin pada tahun 1521 M. Dan berkat dakwah yang di lakukan Kesultanan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Papua akhirnya memeluk agama Islam. 

Perkembangan institusi politik Kesultanan Islam juga ada di Pulau Kalimantan, diantaranya adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai. Dari sini dapat diketahui bahwa tempat tinggal penulis saat ini, yaitu Kota Pontianak memiliki bekas jejak Khilafah Turki Utsmaniyah. Dan karena sejarah dari Barat serta sistem Sekulerisme saat ini menjadi sebab melupakan sejarah yang sesungguhnya.

Maka sekali lagi untuk menjawab pertanyaan, jika Islam banyak berpengaruh di Nusantara, lantas benarkah Islam masuk ke Indonesia melalui cara yang tidak sengaja dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah? Apabila dengan begitu banyak kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara, apakah mereka berinisiatif untuk berdiri sendiri secara independent? Jika iya, bagaimana bisa mereka mengenal Islam dengan berbagai macam hukum syariahnya? Bagaimana pula, mereka bisa menjadikan ajaran Islam masuk ke dalam kehidupan berpolitik dan bernegara? Serta, siapakah sebenarnya Wali Songo yang telah menyebarkan ajaran Islam di berbagai wilayah di kala itu? Bagaimana juga garis keturunan dan hubungan mereka dengan masyarakat Islam internasional? Temukan Jawabannya dalam film Jejak Khilafah Di Nusantara! Yuk nonton.