March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Membentuk Partai Dakwah

Setelah turunnya surat al Mudatstsir, Rasulullah saw mulai menyeru agar manusia beriman kepada Allah dan Islam. Baginda saw memulai dakwahnya kepada keluarga, teman dan orang-orang terdekat beliau. Maka berimanlah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar ash shiddiq. Melalui dakwah Abu Bakar lalu masuk Islamlah Utsman bin Affan, az Zubair bin al Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah.

Setelah gelombang pertama dakwah Islam, datanglah gelombang kedua. Di antara mereka yang memeluk agama Islam adalah Abu Ubaidah bin al Jarrah, Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad, al Arqam bin Abi al Arqam, Utsman bin Mazhun, Ubaidah bin al Harits, Ubaidah bin al Harits, Said bin Zaid, Qudamah bin Mazhun, Abdullah bin Mazhun, Fatimah binti al Khatthab dan Khubab bin al Arat. Setelah itu, gelombang ketiga yang menerima dakwah Islam di antara mereka adalah Umair bin Abi Waqqash, Abdullah bin Masud, dan Masud bin al Qari.

Ibnu Ishaq berkata,”Kemudian masuk Islamlah laki-laki dan wanita hingga tersebarlah sebutan Islam di Makkah, lalu menjadi bahan pembicaraan”.

Di sini kita melihat Rasulullah saw sebagai sel awal, lalu memperbanyak sel dengan mendakwahi orang-orang di Makkah . Selanjutnya terkumpullah sel-sel yang lain menjadi sebuah kutlah yang disatukan oleh keimanan mereka kepada Islam.

Selanjutnya yang dilakukan Rasulullah saw adalah melakukan pembinaan (tatsqif) terhadap kutlah tadi agar bertransformasi menjadi sebuah partai (hizb). Aktivitas pembinaan ini dilakukan di rumah salah seorang sahabat yaitu al Arqam bin Abi al Arqam. Adapun tujuan pembinaan tersebut diantaranya :

  1. Memperkuat akidah mereka agar mengakar kuat di dalam jiwa sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mencabutnya.
  2. Mewujudkan kepribadian Islam (asy syakhsiyyah al islamiyyah) para sahabat, sehingga mereka siap menjadi tentara Allah SWT yang selalu taat kepada perintah-Nya dan menjadi pengemban risalah Islam untuk memberikan keyakinan kepada orang lain serta menjadi para pemimpin umat.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS: al An’am:122)

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (TQS: Yunus: 26)

Begitulah Darul Arqam menjadi ‘madrasah’ terbesar untuk pembinaan dan pengajaran. Betapa tidak, yang menjadi murabbi dan muallimnya adalah Rasulullah saw sendiri. Sedangkan yang menjadi murid-muridnya adalah para dai dan pemimpin rabbani yang nantinya mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Merekalah sebaik-baiknya manusia setelah para nabi dan rasul. Mereka menyertai Rasulullah saw dalam kesabaran, menanggung penderitaan sebelum hijrah ke Madinah. Mereka menyertai Rasulullah saw ketika hijrah ke Madinah, mengemban Islam bersama beliau saw dan setelah wafatnya untuk disampaikan ke seluruh penjuru dunia.

Wallahu a’lam bi ash shawab

Rujukan:

Ibnu Hisyam. 1955. as Sirah an Nabawiyyah

‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shallabiy. 2008. as Sirah an Nabawiyah

Muhammad Husain ‘Abdullah. 2002. ath Thariq asy Syar’iyyah li Isti’naf al Hayah al Islamiyyah Muhammad Ahmad an-Nadi. 2010. Taysir al Wushul ila Sabil ar Rasul Shallallahu ‘alayhi wasallam