April 17, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Krisis Struktural di Lebanon dan Kebenaran yang Hilang di Dalamnya (Bagian I)

Rakyat Lebanon saat ini sedang mengalami krisis yang tidak pernah mereka alami dalam sejarah modern mereka—setelah kemerdekaan semu, setelah Kebangkitan Dunia Arab (The Arab Spring), dan mengalami pergantian pemimpin, mereka mengira mereka sudah merdeka—, siapakah penyebab krisis ini? Apakah mereka para penguasa yang menelan semua potensi negara dengan mengorbankan rakyatnya? Ataukah sistem demokratis konsensual dan sektarian? Ataukah intervensi eksternal kapitalis kolonial terselubung yang mengontrol kehidupan politik internal dan eksternal? Atau justru gabungan dari ketiganya? Jika iya, lantas manakah di antara mereka yang merupakan faktor paling berpengaruh yang mengendalikan terjadinya krisis?

Untuk mengetahui penyebab terjadinya krisis dan untuk mengetahui cara penanganannya, perlu diketahui bagaimana dan oleh siapa negara-negara kawasan Asia Barat diatur. Karena Lebanon adalah bagian darinya, dan tidak berbeda dengannya. Kawasannya merupakan satu dari berbagai sudut, antara lain sudut doktrin, politik, sosial, dan bahkan ekonomi.

Lebanon didirikan bersama dengan negara lain seperti Suriah, Irak, Yordania, dan Palestina. Ketika sebelumnya Lebanon menjadi bagian dari Daulah yang memiliki semua elemen negara dan kebutuhan hidup, ia menjadi negara yang berdiri seperti negara baru lainnya—negara tanpa kedaulatan dan kekurangan kemampuan—setelah dilucuti dari tubuh Kekhalifahan Utsmaniyah dan kekalahannya dalam Perang Dunia I di tangan Prancis dan Inggris yang merupakan musuh-musuh Negara Islam dan kaum muslimin selamanya.

Prancis menjadikan dirinya sponsor kolonisasi, investasi, dan eksploitasi dengan konstitusi sekuler dan sistem sektarian. Prancis mengangkat penguasa atas Lebanon agar mereka menjadi bawahan yang menerapkan kebijakannya, pengawas yang mengamankan berbagai kepentingannya, dan alat konflik internal serta eksternal antara mereka dan para pesaing dari negara kolonial lainnya.

Mereka seperti para penguasa negara-negara yang baru berkembang, yang telah didiami umat selama satu abad terakhir, yang malapetakanya telah menimpa mereka. Tidak ada satu pun dari masyarakat yang berselisih tentang penguasa mereka yang menjadi kaki-tangan bangsa lain beserta kejahatannya. Mereka hanya berselisih di pihak mana para penguasa itu berafiliasi, apakah mereka berafiliasi dengan Amerika, Prancis, ataukah Inggris.

Realitas ini memosisikan kita di hadapan dua fakta akurat yang mengawal penjajahan Barat atas kawasan tersebut; pertama, bahwasanya negara-negara muslim—yang di antaranya Lebanon—dijajah dan jatuh di bawah pengaruh negara-negara kapitalis Barat yang berkonflik satu sama lain atas berbagai kepentingan. Kedua, bahwa kedutaan besar negara-negara koloniallah yang mengurus negara dari balik tirai, juga mengontrol segala tindakan dan keputusan para penguasanya dengan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mereka. Merekalah yang mengendalikan, memerintahkan juga melarang. Mereka pula yang mengawasi pelaksanaan kebijakan yang negara mereka tetapkan di negeri ini, juga mengatur kebijakan yang ada sebagaimana mereka mengatur krisisnya.

Jika kita kembali ke krisis struktural yang menimpa Lebanon, maka kita akan mendapati penguasa yang begitu buruk sehingga perumpamaan bagi mereka adalah perumpaman yang lebih buruk daripada seorang pelacur yang mengklaim kehormatannya.

Mereka dengan percaya dirinya berbuat untuk kepentingan pribadi tanpa memedulikan citra mereka di hadapan masyarakat. Merekalah yang mencuri kekayaan negara dan menjadi kaya dengan mengorbankan rakyatnya. Maka pada saat negara ditimpa krisis utang yang mencekik, kita mampu melihat bahwa saldo mereka melimpah di bank asing dengan rekening terenkripsi. Kami juga melihat bahwasanya mereka masih berencana untuk tetap berkuasa dengan mengorbankan pesaing mereka—yang berpikiran sama dengan mereka untuk berkuasa—. Meski masyarakat sangat membenci mereka dan banyak yang mengatakan betapa buruknya mereka, namun mereka menganggap hal tersebut sebagai hal yang remeh.

Barat senantiasa mengendalikan gerak-gerik para penguasa ini dan menahan mereka dari aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan kepentingannya, serta mengharuskan mereka untuk mengambil sikap-sikap yang sesuai dengan kepentingannya secara khusus melalui kedutaan-kedutaan mereka sebagaimana yang telah kami sebutkan sebelumnya.

Lebanon dikendalikan kedutaan Amerika, kebijakan negaranya pun didominasi olehnya, segala yang terjadi di Lebanon di bawah kendali dan pengawasannya, ia pun berjalan sesuai dengan rencana yang telah Amerika tetapkan untuk kawasan Asia Barat secara keseluruhan—Lebanon merupakan bagian dari kawasan ini dan punya porsi darinya—.

Oleh karenanya, kami nyatakan bahwa apa yang hari ini berlangsung dan terjadi di Lebanon merupakan bagian dari strategi Amerika yang berkaitan dengan kawasan seluruhnya dan bukan Lebanon saja. Ia berupaya untuk kembali memisahkan kawasan sesuai dengan kriteria-kriteria yang bisa mencegah persatuannya dan menjauhkan Islam dari pemerintahan dengan sekuat tenaga, dengan cara menerapkan undang-undang sekuler secara paksa dan menyerahkan pemerintahan kepada antek-antek baru Amerika dari Organisasi Masyarakat Sipil atau yang lainnya, serta menjauhkan kaum muslimin dari tuntutan untuk melanjutkan kehidupan Islam, memerangi gerakan-gerakan dan partai-partai politik Islam yang berupaya untuk kembali menegakkan Daulah Khilafah di samping menguasai segala kekayaan dan potensi yang dimilikinya.

Sehingga apapun yang kini terjadi di Lebanon, berlaku pula di Suriah, Irak, Libia, Yaman dan lainnya. Rencana Amerika untuk masa depan Lebanon tidak akan sama, sampai Amerika merasa yakin seluruh strateginya di kawasan Asia Barat ini terealisasi.

Ini adalah kebenaran yang hilang dalam krisis Lebanon yang diabaikan atau dihindari oleh para pembicara polemik Lebanon karena merasa takut. Hilangnya kebenaran ini mengakibatkan sekelompok orang, media, dan para politisi yang menyesatkan mengambil posisi yang bisa dikatakan dapat menguatkan kekuasaan Amerika, alih-alih mencabut otoritasnya. Di antaranya:

Kebenaran yang hilang dalam krisis Lebanon ini menjadikan para pejabat Lebanon, medianya, serta para politisinya memohon agar Amerika turut campur tangan dalam menyelesaikan krisis ini, yang dengannya mereka bermaksud untuk menekan Aoun atau Hariri atau yang lainnya. Mereka meminta uluran bantuan dari Amerika dengan anggapan bahwa hal tersebut akan menjauhkan mereka dari krisis, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

Mereka meminta pertolongan kepada Amerika dengan permohonan yang memalukan, yakni memohon kepada Amerika agar mengizinkan Bank Dunia untuk memberikan utang kepada Lebanon. Padahal sudah maklum bahwa permintaan semacam ini merupakan puncak pengkhianatan dan bentuk pemenjaraan Lebanon di penjara utang, di mana tidak ada jalan keluar darinya selain akan tercekik dan hancur.

Maka, siapa di antara kita yang tidak tahu bahwa Bank Dunia dan segala kebijakan kolonial di baliknya adalah salah satu alat terpenting kolonialisme Amerika?

Diterjemahkan dari Majalah Al-Waie edisi 419, terbit pada bulan Zulhijjah 1442 H/Juli 2021 M

Sumber :
https://mediamuslimtimurtengah.wordpress.com/2021/08/08/krisis-struktural-di-lebanon-dan-kebenaran-yang-hilang-di-dalamnya-bagian-i/#more-492

http://www.al-waie.org/archives/article/17810