April 20, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Kampanye Liberal di Balik Serangan Terhadap Pembiasaan Jilbab

Oleh : Agustina (Aktivis Back To Muslim Identity)

Kondisi sekarang banyak sekali pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan jilbab tidak wajib. Padahal tidak menutup aurat, tidak berkerudung dan berjilbab adalah bentuk kemaksiatan. Bahkan penolakan pada perintah untuk menutup aurat, berkerudung dan berjilbab bisa terjatuh kekufuran, karena hal itu berarti penolakan kepada nash yang qath’i.

Serangan kaum liberal (DW Indonesia) kembali diarahkan pada syariat Islam. Kali ini serangan tersebut lagi-lagi memojokan syariat berpakaian dalam Islam yaitu berjilbab. Apabila kita analisis jilbab yang mereka maksud adalah kerudung. Padahal jilbab dan kerudung itu berbeda, namun keduanya diwajibkan oleh Allah SWT. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang berjilbab dalam QS. Al-Ahzab: 59 dan berkerudung di dalam QS An-Nur ayat 31. Sampai saat ini masih banyak yang masyarakat mengatakan sama, karena gagal pahamnya dalam mendefinisikannya disebabkan serangan pemikiran liberal.

Ketika mereka menyamarkan kerudung dengan jilbab, hal ini menandakan mereka ingin para muslimah tidak memahami syariat tentang pakaian seorang muslimah. Mereka juga dengan lancang dan berani menyebarkan pandangan yang salah tentang pembiasaan berjilbab. Mereka menganggap penanaman pembiasaan berjilbab sejak dini akan memberikan efek negatif pada anak.

Bukan hal baru bahwa kaum liberal mengatakan jilbab tidak wajib terjadi ditengah masyarakat. Beberapa bulan yang lalu opini tentang jilbab tidak wajib bagi perempuan juga dikatakan oleh Sinta Nursiyah istri presiden RI ke-4. Sinta mengklaim masih banyak orang yang keliru mengenai kata jilbab dan hijab. Dalam perspektif Sinta yang disampaikannya di saluran YouTube Deddy Corbuzier pada Rabu (15/1/2020) lalu, hijab berbeda pengertiannya dengan jilbab.  “Hijab itu pembatas dari bahan-bahan yang keras seperti kayu, kalau jilbab bahan-bahan yang tipis seperti kain untuk menutup,” katanya.

Bagi Sinta, tidak wajibnya muslimah untuk berjilbab karena memang begitu adanya yang tertulis di Alquran. Sinta menyebutnya dengan “jika memaknai (Alquran) dengan tepat, Enggak juga [muslimah harus berjilbab], kalau kita mengartikan ayat dalam Alquran itu secara benar,” kata Sinta. Bagi pakar politik Islam, Ustazah Asma Amnina, pernyataan Sinta Nuriyah tentang jilbab tidak wajib bagi perempuan muslim tersebut sebenarnya tidak menggagetkan. “Hal ini justru makin mengukuhkan bahwa beliau itu adalah corong bagi liberalisasi Islam,” ujar Ustazah Asma pada MNews, 19/1/2020. (MuslimahNews, 20/1/2020)

Jadi bukan hal pertama serangan terhadap syariat Islam yang dikampanye kaum liberal yang mengatakan perihal jilbab tidak wajib. Dalam sistem demokrasi sekuler yang liberal kelancangan terhadap syariat Islam yang qoth’i (pasti) dalilnya tentang kewajiban jilbab dan Khimar justru dibiarkan bahkan dilindungi.

Hari ini sistem Islam tidak diterapkan di tengah kehidupan masyarakat. Akan tetapi yang diterapkan oleh negara adalah sistem demokrasi kapitalis. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan. Yaitu memisahkan aturan-aturan Islam di dalam kehidupan individu, masyarakat dan negara. Kehidupan pun berjalan berdasarkan kebebasan dengan asas manfaat. Jadi wajar saja apabila muncul pandangan keliru tentang jilbab. Karena ingin berprilaku bebas sesuai dengan keinginan pribadi masing-masing.

Dalam sistem demokrasi juga peran negara pun akan diminimalisir. Bahkan beberapa kewajiban negara akan sangat diabaikan dalam berbagai hal. Diantaranya mengabaikan kewajiban berjilbab dan melalaikan peran negara dalam mendidik serta memberikan sanksi bagi para pelanggarnya. Bahkan membiarkan pandangan dan memberikan kebebasan bagi yang mengabaikan kewajiban berjilbab. Padahal pandangan yang keliru tersebut dapat merusak generasi bangsa muslim.

Kewajiban menggunakan pakaian penutup aurat, berupa kerudung dan jilbab telah diperintahkan oleh Allah SWT ketika seorang perempuan sudah mencapai usia baligh. Dengan demikian sudah menjadi kewajiban kita bersama khususnya wanita muslimah, untuk memahami dan mengamalkan ayat tentang kerudung dan jilbab tersebut secara sempurna. Bukan juga mengamalkannya secara sepotong-potong hanya demi mengikuti model dan trend masa kini. Sebab hukum mengenakan kerudung dan jilbab telah diatur di dalam ajaran Islam. Dan jangan sampai kebiasaan penampilan seseorang menjadi patokan. Serta serangan terhadap jilbab itu dianggap budaya untuk jadi panutan.

Oleh karena itu, di zaman saat ini penting bagi kita untuk lebih banyak lagi belajar Islam dan mencari informasi yang benar. Ajaran Islam telah diajarkan sejak dahulu dan dipraktekkan ratusan tahun lamanya demi mendapatkan keselamatan dan keberkahan. Jika syariat Islam satu-satunya yang memberikan keselamatan dan perlindungan, mengapa kita selalu mencari dalih pembenaran untuk melanggar ketentuan syariat? Bukankah petunjuk itu adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah saw?

Melalui Alquran dan Sunnah itulah sebagai petunjuk yang telah memerintahkan wanita untuk selalu menutup aurat agar terjaga kemuliaannya. Siapa lagi panutan kita kalau bukan Rasulullah saw? Dan dengan mentaati beliaulah sebagai satu-satunya manusia untuk jadi pedoman kehidupan, agar kita mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat nanti. []

Wallahu’alam Bisshowwab