Ibnu Ishaq berkata, ”Lalu masuk Islamlah baik pria dan wanita secara berkelompok dan bergantian sehingga tersebarlah sebutan Islam di Makkah, lalu menjadi bahan pembicaraan. Kemudian Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw menampakkan ajaran yang beliau bawa dan menyeru orang-orang kepadanya. Ini terjadi 3 tahun setelah pengutusan beliau sebagai nabi dan rasul.” Allah SWT berfirman :
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (TQS. Al–Hijr: 94).
Rasulullah saw menyiapkan kelompok dakwah dengan melakukan pembinaan (tatsqif) terhadapnya selama tiga tahun. Lalu turunlah perintah untuk bertolak dan melakukan aktivitas dakwah ke tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini Makkah menjadi titik tolak dakwah Nabi Muhammad saw, yang menandai beralihnya dakwah ke tahapan berikutnya yaitu interaksi dakwah (tafa’ul). Pada tahapan ini aktivitas yang sangat menonjol di antaranya adalah aktivitas pertarungan pemikiran (shira’ al fikr) selain pembinaan yang terus berjalan.
Pertarungan pemikiran disini dimaksudkan untuk menghancurkan pemikiran kufur dan mengokohkan pemikiran Islam, agar pemikiran-pemikiran yang haq dapat melenyapkan pemikiran-pemikiran yang bathil. Rasulullah saw menantang akidah-akidah kaum kafir dan musyrik yang saat itu menyembah berhala. Beliau saw membacakan firman Allah SWT :
وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ (٥١) إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (٥٢) قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ (٥٣) قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٥٤
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.” (TQS. Al–Anbiya: 54)
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ
“Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?” (TQS. al Anbiya: 66)
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (TQS. Al–Anbiya: 98)
Selain itu, Rasulullah saw juga menantang pemikiran orang-orang jahiliyah yang berhubungan dengan kebiasaan mereka saat itu, seperti mengubur anak perempuan hidup-hidup. Beliau saw membacakan kepada mereka firman Allah SWT
وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ
بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ
“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (TQS. At–Takwir: 8-9)
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (TQS. An–Nahl 58-59)
Wallahu a’lam bi ash shawab
Rujukan:
Ibnu Hisyam. Cetakan ke 2. 1955. As–Sirah an–Nabawiyyah li Ibni Hisyam: al–Maktabah asy–Syamilah
Muhammad Husain ‘Abdullah. Cetakan ke-2. 2002. Ath–Thariq asy–Syar’iyyah li Isti’naf al–Hayah al–Islamiyyah
Muhammad Ahmad an Nadi. Cetakan ke-2. 2010. Taysir al–Wushul ila Sabil ar–Rasul Shallallahu ‘alayhi wasallam
KONTEN TERKAIT
Apa Dan Bagaimana Standar Kriminal Menurut Islam?
Krisis Struktural di Lebanon dan Kebenaran yang Hilang di Dalamnya (Bagian 2)
Apa yang Dimaksud Ma’qûl an-Nash?