March 28, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Ilustrasi Resesi. Foto : Pixabay / Mediamodifier

Indonesia Resesi, Menkeu Lambat Merespon

BerandaIslam.com – Sebagaimana dilansir dari laman CNBC (22/9), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan resesi akan terjadi di kuartal III-2020.

“Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Adapun outlook dari Kemenkeu pada Kuartal III-2020 sebagai berikut, konsumsi rumah tangga kontraksi minus 3% sampai minus -1,5%, konsumsi pemerintah positif 9,8%-17%, investasi, dengan kontraksi -8,5% sampai -6,6%, ekspor, kontraksi -13,9% sampai -8,7%
dan impor, mengalmai kontraksi -26,8% sampai -16%.

 “Secara keseluruhan tahun 2020, proyeksi Kemenkeu antara minus 1,7% sampai minus 0,6%,” kata Sri Mulyani. Untuk diketahui ekonomi kuartal I-2020 masih positif di 2,97% sementara ekonomi di kuartal II-2020 minus 5,32%. Jika terjadi dua kuartal berturut-turut ekonomi negatif atau kontraksi maka Indonesia masuk resesi.

Menanggapi hal tersebut sebagaimana dilansir dari Mediaumat.news (23/9), peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Muhammad Ishak Razak menilai proyeksi yang dilakukan Menteri Keuangan Sri Mulyani sangat terlambat karena baru menyatakan resesi pada kuartal III-2020 di penghujung kuartal tersebut.

“Proyeksi Kementerian Keuangan bahwa Indonesia akan resesi sangat terlambat dibandingkan dengan proyeksi lembaga-lembaga lain. Ini sangat berbahaya karena sekelas kementerian keuangan tidak mampu melakukan proyeksi secara cepat,” ujarnya kepada Mediaumat.news, yang dikutip oleh Beranda Islam, Rabu, (23/9/2020).

Akibatnya, lanjut Ishak, selain menimbulkan ketidakpastian bagi masyarakat dan pelaku bisnis, pemerintah tidak dapat melakukan antisipasi sejak dini. Menurutnya, padahal indikator-indikator yang menunjukkan potensi resesi sejak awal kuartal ketiga sudah sangat nyata, seperti permintaan swasta, konsumsi pemerintah, dan investasi yang anjlok.

Ishak melihat bahwa memang resesi terjadi pada dasarnya disebabkan oleh pandemi, tetapi diperburuk oleh respons pemerintah yang sangat lambat dan tidak jelas arahnya untuk menangani pandemi ini.

“Seandainya pemerintah sejak awal melakukan penanganan yang efektif, sebagaimana yang dilakukan Cina dan Vietnam, maka perlambatan ekonomi berpeluang hanya tumbuh negatif pada kuartal kedua saja,” ungkapnya.

Dilansir dari Trading Economics dengan pencantuman data kuartal paling akhir secara YoY, berikut daftar negara-negara yang mengalami resesi yaitu Afrika Selatan (0), Albania (-3), Angola (-2),Arab Saudi (-1), Argentina (-5), Austria (-13), Bahrain (-1),Barbados (0),Belanda (-9), Belgia (-14),Belize (-4),Brasil (-11,4), Ekuador (-1), Filipina (-16), Finlandia (-5), Guyana Khatulistiwa (-6), Hong Kong (-9), Inggris (-22), Iran (-10), Italia (-17), Jepang (-10), Jerman (-12), Kanada (-13), Latvia (-10), Lebanon (-5), Lituania (-4), Makau (-68), Meksiko (-19), Mongolia (-10), Palestina (-3), Peru (-30), Portugal (-16), Republik Ceska (-11), Selandia baru (12,4%), Singapura (-13), Slowakia (-12), Spanyol (-22), Sudan (-2), Swiss (-9), Thailand (-12), Tunisia (-22), Ukraina (-11), Venezuela (-27), dan Yunani (-15,2%). []

(WI)