March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Ikatan Kesukuan, Temporal Nan Emosional, Perlu Disikapi Dnegan Benar

Oleh: Sabrina Karima (Pontianak-Kalbar)

Diberitakan di kalbar.antaranews.com (26/01/22) bahwa Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kapuas Hulu daerah perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kalimantan Barat meminta polisi memproses hukum Edy Mulyadi yang dianggap telah menghina masyarakat di Pulau Kalimantan. Diketahui ucapan dan pernyataan politikus itu yang beredar di media sosial itu berawal dari penolakannya terhadap pemindahan ibukota ke Pulau Kalimantan.

DAD Kapuas Hulu juga meminta dia dan kawan-kawannya harus meminta maaf kepada masyarakat Kalimantan secara terbuka, baik melalui media sosial dan media elektronik. Ketua DAD Kapuas Hulu, Antonius L Ain Pamero mengatakan, “Yang jelas kami minta Edy Mulyadi dan kawan-kawannya ditangkap dan diproses hukum pidana dan hukum adat yang ada di Kalimantan”.

Kritikan terkait isu IKN mulai ditarik menjadi isu SARA yang dikaitkan dengan adat dan suku tertentu di Kalimantan terus digaungkan. Padahal masalah besar IKN sendiri masih menuai kritik, tetapi mau ditarik pada kepentingan politik yang diangkat dari sisi SARA.

Masalah IKN masih banyak pertanyaan besar. IKN dianggap mengabaikan suara dan hak masyarakat adat maupun masyarakat lokal. Tidak hanya itu, IKN juga dianggap abai terhadap krisis lingkungan hidup. Wajar banyak yang mempertanyakan, benarkah IKN dibangun untuk kepentingan publik? Jika tidak, lantas IKN untuk siapa?

Tetapi bagi yang pro terhadap IKN, kekisruhan ini merupakan kesempatan untuk menggunakan masyarakat adat dan mengangkat isu SARA lebih dominan dibanding fakta IKN itu sendiri. Padahal disinyalir ada penguasa beserta oligarki kapitalis yang berkepentingan terhadap proyek IKN.

Menurut An-Nabhani (Sistem Peraturan Hidup Dalam Islam Edisi Mu’tamadah, 2012) Ikatan nasionalisme, kebangsaan, adat, suku dan ras adalah ikatan yang rapuh. Pengikat rapuh ini diantaranya yang diletakkan penjajah setelah mereka hengkang dari bumi nusantara. Ikatan ini lahir dari sifat emosional sementara, jika merasa diganggu baru muncul pembelaan, jika tidak merasa maka tidak ada pembelaan.

Oleh karenanya ikatan ini amat rapuh dan tidak layak untuk mengikat manusia karena munculnya bersifat temporal dan tidak bisa melihat persoalan secara jernih karena muncul secara emosional. Ikatan semacam ini akan muncul ketika taraf berfikir manusia masih rendah dan ketika mempertahankan diri dari kekuasaannya. Problem besar yang seharusnya dihadapi saat ini adalah bersatu melawan penjajahan ataupun kapitalisasi terhadap rakyat. Maka perlu disikapi secara benar permasalahan yang ada, dan jangan sampai hilang karena diperbesar masalah kesukuan yang sifatnya emosional.[]