Agustin Pratiwi S.Pd – Intelektual Muslimah
Bulan penuh berkah telah tiba, bulan yang paling dirindukan umat Islam. Pada bulan ini Allah SWT akan melipatgandakan amalan sholeh yang dilakukan hamba-NYA. Bahkan Allah menjanjikan jika kita bisa menjalani puasa dengan sempurna Allah SWT akan membersihkan kita dari dosa di hari Idul Fitri layaknya bayi yang baru lahir.
Ramadhan adalah bulan yang paling di tunggu-tunggu oleh umat Muslim. Bulan Ramadhan juga adalah bulan yang istimewa. Pada bulan inilah Al-qur’an telah diturunkan pertama kali. Pada malam 10 hari terakhirnya terdapat 1 malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu malam lailatul qadr. Banyak sekali akan kita jumpai orang-orang ber-fastabikul khairat dengan target amalannya masing-masing.
Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meraih ampunan dan untuk melipatgandakan amal sholeh sebagai bekal untuk menghadap Allah SWT pada hari pembalasan kelak. Agar dapat menghadirkan efektivitas amalan di dalam bulan Ramadhan, maka tiap Muslim seharusnya memiliki program pribadi dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan program yang telah dibuat. Dan pada malam harinya, dapat dijadikan sebagai malam untuk muhasabah (evaluasi) diri serta melakukan takhthith (perencanaan) untuk memperbaiki amalan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Hanya dibulan Ramadhan kita akan menemukan banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk bersedekah dengan memberikan makanan berbuka ataupun takjil-takjil secara gratis. Hingga jadwal kunjungan ke panti-panti sosial dalam rangka berbagi begitu padanya. Para pedagang takjil pun siap membuka stand-stand memenuhi jalanan untuk siap diserbu pemburu takjil sebagai santapan berbuka.
Jika pada hari-hari biasa program-program TV untuk konten keislaman seperti ceramah hanya ada pada waktu subuh. Namun, kita akan temukan pada bulan yang mulia ini acara-acara televisi lebih banyak meyiarkan kajian-kajian ataupun acara-acara yang dominan dengan nuansa keislaman. Alhamdulillah, jelas ini adalah hal yang pula harus kita syukuri.
Sungguh kemuliaan bulan Ramadhan benar amat terasa bagi setiap kalangan, semua merasa bahagia kala bertemu dengannya. Orang-orang akan berlomba-lomba untuk taat pada Sang Pencipta. Sahur, berpuasa, tarawih, tadarusan, laki-laki dan perempuan menggunakan pakaian yang syari, pergi untuk memenuhi kajian-kajian, bersedekah, dan amalan-amalan sholeh lainnya kita jumpai. Juga banyak orang telah mengagendakan aktivitas ‘to do’ dengan membuat resolusi di bulan Ramadhan untuk memanfaatkan bulan yang penuh berkah dan ampunan ini.
Namun sayang, ada duka dibalik segala kebahagiaan yang terasa. Di bulan yang sangat mulia ini-pun ternyata kita tetap tak bisa menemukan penerapan Islam dalam setiap lini kehidupan (Islam kaffah). Di bulan yang banyak orang berlomba untuk beramal sholeh-pun tetap tak bisa kita jalankan secara sempurna segala perintah dan larangan yang datang dari Sang Maha Kuasa.
Riba tetap leluasa memasuki aktivitas transaksi-transaksi yang berlangsung. Batasan antara perempuan dan laki-laki tetap tak terjaga secara maksimal. Dan pemerintahan yang ada tak sejalan dengan aturan Allah SWT.
Seiring berjalannya kehidupan yang tidak Islami saat ini justru telah membuat manusia lupa akan penerapan Islam secara kaffah. Termasuk Acara TV dan diskon besar-besaran di pusat perbelanjan seolah lebih tampak menggiurkan dibandingkan untuk bersimpuh memanjatkan do’a agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Padahal ada beberapa waktu yang mustajab di bulan mulia ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi’(HR.Tirmidzi no 2526, 3598 dan ibnu Majah no. 1752. Al. Al Hafizh Abu Thahir mengaatakan hadits ini hasan). Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi (7: 278), do’a akan lebih mudah dikabulkan pada waktu berbuka puasa karna saat itu seorang yang berpuasa telah menyelsaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
Inilah buah hasil dari sekularisme yang memisahkan antara agama dan kehidupan, bulan yang paling dinanti dan dirindukan umat Muslim berlalu sebagai momentum tahunan yang ternyata hanya diliputi aktivitas-aktivitas yang bernilai materi. Tak heran jika memasuki awal Ramadhan masjid dan majlis-majlis dzikir akan penuh, namun kala memasuki minggu-minggu akhir Ramadhan justru pusat-pusat perbelanjaan seringnya lebih banyak dipenuhi pengunjung. Dengan berlalunya Ramadhan berlalu juga fastabikhul khairat umat muslim di tahun itu. Naudzubillah.
Oleh karena itu untuk dapat menghidupkan Ramadhan sehidup-hidupnya bahkan menjaga euforia ketaatan pada bulan-bulan berikutnya hanya bisa kita raih tatkala penerapan islam secara kaffah dijadikan sebagai pedoman dalam bernegara. Negaralah yang dapat menerapkan sistem Islam secara kaffah yang akan menjaga rakyatnya agar senantiasa taat dan patuh pada Sang Khaliq. Hanya dengan hadirnya sistem Islam, umat muslim akan selalu ber-fastabikhul khoirat dengan terus saling amar ma’ruf nahi munkar dan mendedikasikan diri terikat dengan apa-apa yang diperintahkan ataupun menjauhi apa-apa yang menjadi larangan Allah SWT di saat kapanpun dan dimanapun dirinya berada.[]
Wallahu’alam bissawab
KONTEN TERKAIT
Dekadensi Moral Generasi Buah Cara Hidup Liberal
Demi Viral, Remaja Krisis Jiwa
Umat dan Penguasa Kaum Muslim Wajib Membebaskan Palestina