March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Gejolak Pandemi di Balik Bayang-bayang Ancaman Komunisme dan Kezaliman Kapitalisme

EDITORIAL BERANDA ISLAM
Senin, 5 Oktober 2020

BerandaIslam.com – Permasalahan di negeri ini seakan-akan tak kunjung berhenti. Covid-19 juga tak menunjukkan angka penurunan pernyebaran. Yang ada justru semakin bertambah banyaknya jumlah korban dan cenderung mengalami kenaikan yang diperkirakan bahkan belum sampai pada puncaknya. Pemerintah juga tidak peduli akan masalah kesehatan dan keselamatan nyawa masyarakat. Di sisi lain, perekonomian yang diharapkan paling utama untuk diselamatkan ternyata juga tidak menunjukkan proses perbaikan dan pertumbuhan.

Sebagaimana dilansir melalui laman Covid19.go.id (4/10), berdasarkan data update terakhir 4 Oktober 2020, kasus Covid-19 di Indonesia yang terdata positif sebanyak 303.498 orang, sembuh 228.453 orang, dan korban meninggal sebanyak 11.151 orang. Data ini menunjukkan bahwa pandemi sama sekali belum bisa dikendalikan. Tren kasus masih cenderung meningkat. Jumlah kasus positif corona atau Covid-19 di Indonesia berulang kali memecahkan rekor.

Turun naiknya kasus Covid-19 terjadi sejak 10 September rata-rata di atas 3.500 kasus baru perhari. Puncaknya pada 25/9 sebanyak 4.823 kasus baru. Lalu turun hingga pada 28/9 ada 3.509 kasus baru. Namun kemudian, pada 29/9 kembali naik menjadi 4.002 kasus baru. Hal ini menunjukkan pengendalian pandemi Covid-19 secara nasional belum terkendali. Dan terbukti dari positivity rate yang selalu di atas 10 persen. Artinya, laju penyebaran sangat tinggi, dan masih banyak orang pembawa virus Covid-19 belum terdeteksi karena umumnya tidak bergejala. Apalagi secara aturan banyak yang belum semua siap. Protokol pencegahan Covid-19 pun banyak dilanggar.  (Buletin Kaffah, 2/10/2020)  

Kebijakan selama ini cenderung lebih mengutamakan kepentingan ekonomi yang dalam kenyataannya semakin lemah. Saat ini, Indonesia sudah memasuki resesi jilid III. Pertumbuhan ekonomi kuartal ke-II minus 5,32%. Lebih dua kali lipat dari yang diprediksikan. Kuartal ke-III 2020 (Juli-September) diprediksi minus hingga 2,9 persen. Pertumbuhan negatif masih akan berlangsung hingga di kuartal ke-IV. RUU Omnibus Law sendiri diduga semakin menguntungkan para pengusaha-pengusaha besar dan merugikan negara.

Di tengah-tengah wabah pandemi yang terus merajalela, bayang-bayang akan bangkitnya Komunisme juga semakin nyata. Masalah RUU HIP sebelumnya yang saat ini sudah berganti nama, masih disinyalir membawah ruh yang sama. Peristiwa penusukan ulama, penistaan dan penghinaan juga terjadi dengan pencoretan sebuah surau dan tulisan bernada anti Islam. Persekusi juga masih dilakukan kepada penulis buku “Muhammad Al-Fatih 1453” yakni Ustadz Felix Siauw karena dianggap sebagai tokoh berpaham radikal.

Ideologi Komunisme sendiri sejak munculnya memang sudah memiliki paham anti terhadap Tuhan dan agama. Ideologi tersebut hadir untuk melakukan perlawanan terhadap ideologi Kapitaslime yang bobrok karena telah menciptakan jurang yang lebar antara yang kaya dan miskin termasuk meniscayakan berbagai kezaliman. Batilnya ideologi ini karena menafikan agama dan berasaskan pada materi. Materi bersifat azali dan sumber dari kehidupan. Ideologi ini tidak mengakui adanya Tuhan di balik materi tersebut. Proses terbentuknya materi berasal dari benturan antara materi atau apa yang disebut dengan dialektika materialisme.

Sedangkan ideologi Kapitalisme-Sekulerisme tegak berasaskan pada manfaat. Barang dan jasa yang akan diproduksi tergantung cara pandang terhadap manfaat dari barang dan jasa tersebut. Suatu barang dan jasa dianggap bermanfaat ketika memiliki utility value (nilai guna). Nilai guna akan muncul selama ada yang meniginkannya (want). Maka dari itu mereka akan memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa selama ada yang menginginkannya. Sudut pandang ini pasti akan menabrak halal-haram di dalam Islam. Mereka pun melegalkan khamr, prostisusi hingga ganja. Inilah cara pandang yang disebut dengan asas manfaat. Cara pandang seperti inilah yang akan membuat kerusakan di tengah-tengah masyarakat.

Kedua ideologi selain Islam yaitu kapitalisme maupun Sosialisme harus dibedah dan dikaji secara mendalam agar dapat diketahui kerusakan dan kebobrokannya. Karena, ketika umat Islam tidak memahami boleh jadi akan mengambil kedua ideologi tadi sebagai jalan hidup dan sistem kehidupannya serta merasa tidak ada masalah padahal sebenarnya sangat bermasalah. Ketidakpahaman terhadap kedua idelogi selain Islam inilah akhirnya umat Islam abai dan lengah. Mereka tidak sadar sedang terperosok ke dalam jalan yang bertentangan dengan ideologi Islam.

Allah SWT jelas tidak mengakui agama dan ideologi di luar Islam, sebagaimana firman-Nya yang artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [TQS Ali Imron : 85]. Kemuliaan Islam juga tercermin dalam sabda Nabi saw. “Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam” [HR ad-Daruquthni]

Islam adalah suatu pola hidup yang khas, yang sangat berbeda dengan pola hidup lainnya. Islam memiliki seperangkat aturan dan sistem untuk mengatur kehidupan manusia. Sistem ini juga khas dan unik yang berbeda dengan sistem manapun. Islam juga mewajibkan umat Islam untuk hidup dalam satu warna kehidupan tertentu dan konstan, yang tidak berganti dan berubah karena situasi maupun kondisi. Bahkan Islam pun mengharuskan umat Islam untuk selalu mengikatkan diri dengan pola kehidupan tersebut yang menjadikan jiwa dan pikirannya tidak akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan, kecuali berada dalam pola kehidupan Islam.

Alhasil wajar saja kepentingan keselamatan dan kesehatan masyarakat tidak menjadi prioritas pemerintah. Yang lebih dikedepankan adalah kepentingan politik, kelompok, kekuasaan dan ekonomi serta kepentingan segelintir orang saja. Ini adalah kebijakan khas Kapitalis yang juga sejalan dengan ide dari Komunis. Sebaliknya, panduan Islam tidak diperhatikan sama sekali. Padahal jelas, solusinya hanyalah dengan kembali pada petunjuk Allah SWT, yakni dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah. Mengamalkan syariah merupakan konsekuensi dari iman (akidah Islam). []

Wallâh a’lam bi ash-shawâb.