March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

G20 Menyasar Pulau-pulau Kecil Untuk Ketahanan Pangan?

Oleh : Sabrina (Pontianak-Kalbar)

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian RI Kasdi Subagyono sebut pemerintah Indonesia mengajukan isu inisiatif penguatan ketahanan pangan pada pulau-pulau kecil dalam pertemuan Kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (www.insidepontianak.com 13/07/2022).

Keinisiatifan Indonesia dalam  pertemuan sherpa G20, salah satu isunya adalah terkait ketahanan pangan. Padahal di sisi lain ketahanan pangan masih menjadi momok yang menyeramkan yang sangat tergantung pada investor dan impor.

Apakah dengan adanya pertemuan serta kesepakatan yang dilakukan akan berdampak pada kemajuan pertanian atau hanya demi kepentingan global? Terutama para kapitalis global yang ingin memasarkan produk mereka?  Kapankah Indonesia benar benar-benar mandiri serta menjadi pemain utama sebagai rujukan dunia internasional termal negara-negara kawasan fasifik?

Sangat ironi negeri Indonesia yang kaya raya dan subur tapi tak mampu membuat ketahanan pangan dalam negeri. Bahkan proyek food estate yang digadang-gadang presiden Jokowi pun terancam gagal. Hal ini terlihat dari Lahan proyek food estate di sejumlah daerah yang terbengkalai. Audit Badan Pemeriksa Keuangan juga mempersoalkan motif pemerintah mempercepat pelaksanaan program yang tidak didahului dengan kajian yang mendalam.

Kebutuhan pangan adalah perkara asasi, yang seharusnya mendapat perhatian serius. Hanya saja saat ini minat generasi muda untuk bergelut di sektor pertanian rendah. SDM saat ini jumlahnya kurang lebih 33,4 juta petani, sedangkan tahun sebelumnya ini berkisar 33,58. Setiap tahunnya jumlah petani menurun, dan yang biasa turun ke sawah biasanya yang sudah tua.

Kemudian kaum muda yang turun ke pertanian persentasenya hanya 8%, menurunnya persentase para petani juga dipengaruhi karena berkurangnya lahan pertanian pada setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan bertambahnya kawasan industri, pembangunan gedung baru, dan infrastruktur yang menggerus lahan pertanian.

Walaupun saat ini sudah sangat gencar pemerintah melakukan mekanisasi teknologi pertanian, tetapi untuk mengoperasikan teknologi pertanian yang efektif, terdapat kekurangan petani milenial yang terdidik. Kalau dicermati ada para petani yang sudah tua kurang responsif terhadap kemajuan teknologi. Dari sinilah melihat potensi pemuda yang lebih melek teknologi dan pangsa pasar empuk para kapitalis dalam memasarkan produk – produk mereka. Salah satunya dengan meningkatkan sektor pertanian diraih dengan kaca mata kapitalis untuk keuntungan yang besar.

Hal ini berbeda dengan kebutuhan pangan dalam pandangan Islam karena merupakan kewajiban yang harus diperoleh umat sebab menjadi sarana untuk mendekatkan diri dan meningkatkan keimanan kepada Allah, terkait hifz an nafs (menjaga jiwa) atau bahkan menjaga hifz ad din (menjaga agama). Orang yang tidak bisa mengakses pangan biasanya orang miskin, dan kemiskinan, kefakiran itu cenderung kepada kekufuran.

Sehingga ketahanan pangan ini adalah masalah yang holistik, sangat diperlukan riayah (red_pengaturan) negara yang punya misi menerapkan Islam, menjaga dari kepentingan asing dan membuat negara mandiri dan tidak tergantung pada asing untuk ketahanan pangan. Akhirnya mampu menghadapi tekanan-tekanan global dalam bentuk perjanjian-perjanjian.[]