March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Berbagai Pertemuan dan Konsultasi di Libya Apa yang Akan Dihasilkan?

Ditulis oleh: al-ustadz Ahmad al-Muhadzab
Koran ar-Rayah, Rabu, 16 September 2020

Krisis Libya menyaksikan berbagai pergerakan di berbagai tempat, dalam bentuk pertemuan yang digambarkan sebagai “konsultasi” sebagai pendahuluan bagi dialog di antara pihak yang berselisih, dalam klaim bahwa itu merupakan pendahuluan untuk solusi politik.

Tetapi pertanyaannya: Apakah pergerakan dan konsultasi ini dalam rangka untuk menemukan solusi hakiki untuk krisis? Atau pertama-tama itu seperti permainan di waktu luang Amerika?!” Dan kedua: dimotivasi oleh perasaan pihak-pihak lokal tentang perlunya mengakhiri krisis, atau apakah mereka tidak memilikinya motivasi itu?

Dalam hal ini, semua pergerakan ini diatur dan ditugaskan oleh sponsor Amerika, jadi harus diketahui tujuan pergerakan ini.

Kita semua sekarang menyadari bahwa yang mendominasi dan mengontrol arena adalah Amerika. Pengaruh dari pihak-pihak internasional lainnya telah menjadi lebih lemah dari sebelumnya tepatnya satu setengah tahun yang lalu. Prancis tidak mampu melakukan pergerakan melalui orang-orang yang bersengketa dan bertikai di lapangan, dikarenakan telah terungkapnya peran jahat yang mereka mainkan antara Haftar dan pemerintah rekonsiliasi. Sedangkan Inggris, bergerak dari balik tirai dalam ruangan gelap, menggerakkan yang ini dan mengusulkan yang itu dan menyerahkan rancangan-rancangan resolusi melalui Dewan Keamanan, yang dalam banyak kasus gagal dengan melalui “veto”.

Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan sebelumnya, perlu dilakukan review berbagai aktifitas yang sedang berlangsung:

1- Pada akhir bulan lalu, Fayez al-Sarraj meluncurkan inisiatif gencatan senjata. Dan Aqila Saleh, perwakilan dari pihak kedua yang berkonflik, juga mengumumkan gencatan senjata pada hari yang sama, dalam sebuah indikasi yang jelas bahwa masalah tersebut telah diatur secara rahasia.

2- Setelah gencatan senjata diumumkan, muncul seruan untuk dialog. Ada serua untuk dialog di Maroko di kota Bouznika untuk kelompok Parlemen Tobruk dan Dewan Tertinggi Negara. Kemudian pada 6 September 2020 diumumkan pertemuan konsultatif lainnya di Kairo diikuti oleh anggota Parlemen dan anggota Dewan Tertinggi dan disertai oleh penasehat keamanan Saraj.

3- Selama periode yang sama, diumumkan dialog yang berlangsung di Jenewa antara kelompok yang mewakili Haftar dan satu lagi yang mewakili unsur-unsur rezim sebelumnya dengan perwakilan pemerintah Sarraj -yang namanya tidak disebutkan- di bawah pengawasan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

4- As-Sarraj pergi dengan tergesa-gesa ke Ankara atau dipanggil, dan dia bertemu dengan Erdogan dan membahas, seperti disebutkan di media “perkembangan situasi di Libya”.

5- Pada 7 September 2020, al-Masyri ketua Dewan Tiinggi Negara menyatakan “apa yang terjadi di Maroko bukanlah dialog, tetapi konsultasi pendahuluan untuk dialog“ dalam sebuah upaya untuk menjaga jalur kembali.

6- Pada 7 September, utusan Libya di PBB menyampaikan kepada Dewan Keamanan bahwa milisi Haftar melanggar gencatan senjata empat kali dalam 72 jam.

7- Amerika sebelum ini dan itu, melalui utusannya di Dewan Keamanan, menolak pembagian Libya, yang berarti bahwa perkara itu sedang dibahas oleh beberapa pihak, terutama Prancis. Amerika menyambut baik deklarasi gencatan senjata oleh as-Sarraj dan Aqila Saleh, dengan mengatakan: “pihak-pihak Libya harus menuju solusi melalui negosiasi politik ke arah pemilihan nasional”. Dia menambahkan, “Proses perdamaian akan berhasil di Libya ketika pihak-pihak eksternal berhenti menyuburkan konflik …”! Sungguh mengherankan, seolah-olah negaranya (AS) bukanlah pihak yang menutrisi konflik melalui agennya as-Sisi, Muhammad bin Salman dan lainnya, menutup mata dari agennya, Haftar!

Di sini kita tidak melupakan bahwa sejalan dengan tindakan pihak-pihak eksternal dan gerakan politik yang sedang berlangsung, ada perlombaan antara orang-orang optimis yang mengambil keuntungan dari krisis yang terus berlanjut.

Kita mencatat bahwa pertemuan-pertemuan ini, yang terbagi antara Kairo, Maroko, dan Swiss, diluncurkan setelah dikeluarkannya pernyataan as-Sarraj dan Aqila Saleh untuk melakuakn gencatan senjata. Dan tidak melewati Haftar “secara media“ untuk membisikkan ke jalan berakhirnya misi Haftar.

Dengan memperhatikan pertemuan dan dialog ini dan memeriksa berbagai pernyataan yang dikeluarkan tentangnya, dan sambutan misi PBB yang diwakili oleh pernyataan Amerika Stephanie Williams, kita temukan bahwa semua itu ditujukan untuk mencapai sejumlah hal:

1- Memperpendek masa jabatan as-Sarraj dan beberapa orang yang bersamanya.

2- Mempersempit Dewan Presidensiil dari sembilan anggota menjadi seorang ketua dan dua anggota.

3- Menjadikan ketua dan kedua wakilnya sebagai wakil dari tiga wilayah penyusun negara: Wilayah Bariqah, wilayah Tripoli, dan wilayah selatan Ghazan dalam bentuk federal sebagai pendahuluan untuk pembagian, jika Amerika memandang ada kepentingannya dalam hal itu.

4- Memutuskan periode transisi baru yang mana mereka dapat mencapai sejumlah tujuan:

a. Mengakhiri elemen pemberontak dengan memerangi atau merangkul.

b. Mengaktifkan agen baru untuk memegang kekuasaan guna menyelesaikan proyek jahat.

c. Mencengkeram perekonomian negeri yang tercermin dalam pendapatan minyak, dan dijadikan di tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memindahkannya dari tangan otoritas, dalam apa yang mirip dengan apa yang terjadi di Irak.

Dalam pernyataan panjang yang disiarkan oleh kanal al-Hurra pada hari Sabtu, kedutaan besar AS menyambut baik apa yang disebutnya “perjanjian Libya yang berdaulat“ antara pihak-pihak yang bertikai untuk menjalankan kembali aktivitas Perusahaan Minyak Libya, menekankan pentingnya menyingkirkan “campur tangan asing” dan ”memutus siklus penjarahan“.

Setelah paparan tentang apa yang sedang terjadi ini, kami tidak bisa tidak kecuali mengatakan apa yang dikatakan saudara oleh akhiy yang dimuliakan al-ustadz Muhammad Umar dalam menggambarkan kenyataan pahit yang mana kelompok agresif ini, bersekutu dengan orang asing dan pemegang kekuasaan ini:

“Mereka telah berbagi gaji, jabatan, kekhususan, keistimewaan, dan menyebar di dalam satu saldo dan kemampuan … dan kemudian mengalami kegagalan yang mengerikan di dalam menyediakan layanan dasar -dan bahkan- dalam mengelola perang. Dan mereka tidak mampu memenej krisis yang telah terakumulasi dan telah terlibat dalam keberlanjutannya dan menyia-nyiakan -bahkan terhadap orang-orang Turki sekutu mereka- catatan-catatan kakinya dengan tanda tangan Moskow dan Berlin … Dan sekarang ini mereka memberi diri mereka sendiri dan partai mereka -dengan restu tuan mereka AS- hak dalam memperpanjang masa transisi dan ditambahkan dengan absurditas yang hanya akan menambah dosa dan kesalahan negeri dan persoalan kita”.

Kondisi mereka adalah seperti kondisi Qarun:

[إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ [القصص: 76

“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka” (TQS al-Qashshash [28]: 76).

“Penghapusan puing-puing fiktif dan palsu ini dari bahu negara yang menderita ini merupakan tujuan pertama bagi upaya nyata apa pun yang bertolak dari membebaskan kehendak dan memulihkan kedaulatan dengan melawan orang asing, dan membangun struktur di atas kehendak sendiri yang bebas”.

http://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/alraiah-newspaper/70559.html http://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/5479-2020-09-15-19-55-51