March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Awas Bisikan Setan : Pembenaran Diri

Tidak sedikit manusia terpengaruh oleh bisikan setan, tidak terkecuali para remaja. Bisikan setan itu sedikit demi sedikit semakin menjauhkan seseorang dari Allah SWT. Karena memang secara makna, syaithan itu berarti ba’uda yaitu jauh, maksudnya senantiasa menjauhkan manusia dari Allah SWT dan jauh dari syariah-Nya.

Awalnya ia berasal dari keluarga yang selalu mengingatkan untuk sholat 5 waktu secara teratur, namun berkurang tidak lagi sholat 5 waktu, bahkan hanya sholat jumat saja. Hal ini karena ia terpengaruh bisikan setan, dengan tertular penyakit hati. Salah satu penyakit yang paling buruk adalah apa yang disebut dengan pembenaran diri sendiri, yaitu suatu perasaan dimana seseorang membiarkan dirinya semakin jauh dari Islam dengan anggapan bawah hal itu hanya berlaku bagi dirinya sendiri.

Pada mulanya hanya melakukan sesekali kemaksiatan, kemudian berubah menjadi suatu kebiasaan, hingga kemudian melakukan pelanggaran-pelanggaran yang lebih berat dengan intensitas semakin tinggi. Di tambah lagi sikap pembenaran, “ ah gak papa sesekali”, naudzubillah. Inilah penyakit membenarkan diri sendiri yang beranggapan bahwa merasa sah-sah saja melakukan semua kemaksiatan tersebut.

Teman-teman, kita harus menyadari bahwa pembenaran yang kita lakukan terhadap suatu kemaksiatan tidak akan pernah membuat perbuatan itu menjadi halal, serta tidak akan dapat membuat pelakunya terbebas dari kewajiban bertanggung jawab di hadapa Allah SWT pada hari pembalasan. Konsep individualisme dari Barat lah yang menghasilkan mentalitas mementingkan diri sendiri, dan menganggap bisikan “jangan ganggu urusan orang lain” sebagai mantra pembenaran perbuatannya.

Ada beberapa bentuk-bentuk pembenaran diri sendiri yang biasa digunakan manusia selain yang disebutkan diatas tadi. Tak jarang juga menggabungkan bentuk-bentuk pembenaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : “Paling tidak aku lebih baik daripada orang lain”, “Nanti akau akan berubah”, “Aku belum siap berubah, terlalu sulit”, “Selama niat ku benar pasti Allah akan menerima.” Dan lain sebagainya yang bisa berbeda-beda namun secara makna sama saja.

Dari pembenaran-pembenaran tersebut akhirnya muncul lah pemikiran yang menganggap kemaksiatan kecil lebih baik daripada kemaksiatan besar. Misalnya mending berbohong daripada meminum alkohol, atau pacaran lebih baik daripada berzina, atau ketika meninggalkan sholat masih membenarkan dengan alasan, “paling tidak masih ikut sholat jum’at.”

Masalahnya adalah siapa yang berhak menentukan mana yang baik dan mana yang buruk? Mana yang halal dan mana yang haram? Apakah kita mengetahui sesuatu itu baik dan kapan sesuatu itu buruk? Jika ketentuan ini diserahkan pada manusia, maka pasti akan muncul bermacam-macam jawaban. Bagi orang yang menganggap pacaran baik maka akan mengatakan baik, sebaliknya kalau ada yang tidak menganggap baik maka akan mengatakan pacaran itu buruk.

Oleh karena itu, sesungguhnya yang berhak menentukan baik buruknya sesuatu adalah Allah SWT sebagai zat yang Maha Tahu. Dan Allah sudah menetapkan bahwa sesuatu yang halal pasti baik, dan sesuatu yang haram pasti buruk. Termasuk suatu kewajiban apabila dilakukan adalah kebaikan, dan sesuatu yang haram jika dilakukan maka akan mendatangkan keburukan.

Maka dalam pandangan Allah SWT, orang yang meninggalkan sholat 5 waktu dan hanya sholat jumat saja adalah perbuatan buruk. Dan tidak ada istilah mendingan atau menganggap meninggalkan salah satu tetap dianggap baik. Termasuk perbuatan buruk adalah melawan orang tua, memakan makanan yang haram, prilaku pacaran, meminum alkohol, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, hingga melakukan interkasi lawan jenis tanpa batas adalah beberapa perbuatan yang haram dan merupakan kemaksiatan di sisi Allah SWT.

Lantas bagaimana agar kita bisa selamat dari bisikan-bisikan pembenaran diri tersebut? Sehingga diri kita dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Diantara caranya adalah mengingat nasehat tentang kematian. Satu hal yang pasti manusia akan menemui kematian, baik ia suka maupun tidak. Rasulullah saw bersabda :

“Jika kalian bangun di pagi hari, janganlah mengharap akan (hidup) sampai sore. Dan jika berada di waktu sore jangan berharap akan (hidup) sampai besok pagi. Pergunakan masa sehatmu untuk (mempersiapkan) masa sakit, dan masa hidup untuk (menyiapkan bekal) kematian.” (HR Bukhari)

Dalam hadis yang lain, rasulullah saw bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah.”

Sobat sekalian, mungkin ada yang merasa sulit untuk melakukan perubahan tersebut, atau merasa sulit untuk melakukan ketaatan. Tetapi ingatlah Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah al-Baqarah ayat 286, yang artinya : “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Sehingga kita harus menyadari bahwa, apakah ketika Allah memberikan aturan halal dan haram pasti sulit dilaksanakan? Apakah aturan syariah islam adalah sesuatu yang sulit? Tentu saja tidak, apapun aturan islam tersebut semuanya adalah kebaikan, dan manusia pasti mampu untuk melaksanakannya. Selanjutnya lakukan ketaatan dari sekarang tanpa kata “nanti”, karena kata “nanti” itu bisa jadi bisikan setan.

Wallahua’lam