March 19, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Anggaran Pengadaan Alutsista , Fantastis!

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)

Dilansir dari CV Indonesia, 29 Mei 2021, Kementerian Pertahanan disebut akan melakukan pembelian sejumlah alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) untuk memenuhi kebutuhan tiga matra Tentara Nasional Indonesia (TNI). Rencana ini tertuang dalam dokumen rancangan Peraturan Presiden (Perpres) Tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Kementerian Pertahanan dan TNI tahun 2020-2024. Pemenuhan alpalhankam itu ditaksir memerlukan pendanaan sekitar US$ 124.995.000.000 atau setara Rp1,7 kuadriliun.
Angka yang fantastis! Lebih fantastis lagi, dalam dokumen itu disebutkan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sebesar Rp1,7 kuadriliun, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan akan mengajukan pinjaman ke luar negeri. Utang lagi ke luar negeri? Padahal Kementerian Keuangan mencatat posisi utang Indonesia mencapai Rp 6.361 triliun per akhir Februari 2021, naik 2,05 persen atau Rp128 triliun dari periode Januari 2021.

Ekonom Intitute of Development for Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini , mengatakan utang pemerintah tersebut jika ditambah dengan utang BUMN totalnya menjadi sekitar Rp 8.500 triliun. Dia memperkirakan total utang pemerintah dan BUMN ini bisa mencapai Rp10.000 triliun pada akhir kepemimpinan Jokowi (bisnis.com, 25/3/2021).

Connie Rahakundini, pengamat bidang militer dan pertahanan keamanan berkebangsaan Indonesia mengatakan cukup terkejut dengan besarnya anggaran yang diajukan Kemenhan. “Mau beli apa dengan anggaran sebesar itu? Mau perang kemana? Alutsista apa yang mau dibeli?” tanyanya. (CNNIndonesia, 29/5/2021).
Rancangan Perpres Tahun 2020-2024 ini pada pasal 2 ayat 2 berisi rincian mengenai pengeluaran Alpahankam di antaranya tentang akuisisi Alpahankam senilai US $79.099.625.314, pembayaran bunga tetap selama 5 Renstra senilai US $ 13. 390.000.000 dan dana kontijensi serta pemeliharaan dan perawatan Alpahankam senilai US $ 32. 505. 274.686.

Sedangkan pada pasal 3 ayat 3 tentang perencanaan kebutuhan teralokasi US $ 20. 747.882.720 pada daftar rencana pinjaman luar negeri jangka menengah khusus 2020-2024. Dan pada ayat 4, selisih Rembut (Rencana Kebutuhan) US $ 104.247.280 akan dipenuhi Renstra tahun 2020-2024.

Besarnya angka dalam pengajuan anggaran ini memang memunculkan polemik, meski banyak yang menyetujui bahkan mengatakan untuk 5 Renstra anggaran ini masih terbilang kecil. Demikian pula Dahnil Anzar Simanjuntak , juru bicara Kemenhan, mengatakan bahwa anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) masih relatif kecil jika dibandingkan negara-negara lainnya.
Melalui akun Twitternya, Dahnil menjelaskan bahwa belanja pertananan sejatinya dibagi kepada lima institusi yaitu Markas Besar TNI, TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Kementerian Pertahanan. “Di mana Menhan sebagai PA [pengguna anggaran]-nya. Jadi dengan jumlah sebesar itu relatif masih kecil dibandingkan dengan yang lain. Apalagi dibandingkan dengan negara lain belanja pertahanan kita masih sangat kecil,” (bisnis.com, 4/1/2021).

Menurut Beni Sukadis, Koordinator Program Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), dikutip dari dokumen nota keuangan dan APBN 5 tahun terakhir, anggaran Kemenhan berkisar 100 Trirliun, namun untuk alutsista hanya 43 Trilliun. Paling banyak, yaitu sekitar 72,3 Trilliun digunakan untuk anggaran dukungan managemen. Dan intinya anggaran alutsista hanya sekitar 7% dari APBN, padahal seharusnya antara 5-10%, artinya ini tak banyak alutsista yang datang kecuali Apache helikopter TNI AD ( CNNIndonesia.com, 28/4/2021).

Sedang menurut Manajer Riset Seknas Forum Indonesia untuk Transparasi Anggaran ( FITRA), Badiul Hadi, anggaran fantastis Kemenhan tak tercermin dalam belanja Alutsista tapi lebih kepada belanja pegawai. Sejak Prabowo dilantik menjadi Menhan, tak ada kebijakan strategis yang dikeluarkan. Padahal banyak pihak yang berharap pada beliau, terlebih jika melihat latar belakangnya sebagai mantan tentara dan kritik kerasnya terhadap pertahanan negara saat debat Capres dirinya (CNNIndonesia.com, 27/4/2021).

Memang perlu dicermati posisi Indonesia dengan kekuatan militer berada pada peringkat 16 dunia, 1 di ASEAN dan 9 di Asia. Benarkah penilaian itu berdasarkan subyektifitas penilaian dunia terhadap kekuatan militer Indonesia? Sebab, bagi negara berideologi, kekuatan militer memang menjadi hal yang penting dalam rangka menjaga dan menyebarluaskan ideologi. Segala kecanggihan teknologi dan strategi perang terbaru akan dipelajari agar posisinya tak bergeser. Namun bagaimana dengan Indonesia? Kita punya Pindad, PT. dirgantara dan industri-industri berat lainnya namun tidak sejalan dengan dengan kebijakan ekonomi. Padahal Indonesia bukan negara kering kerontang, tetapi kaya akan SDA yang jika dikelola dengan benar akan menjadi kekuatan pembiayaan yang fantastis.

Pengajuan anggaran inipun mencuat pasca kita kehilangan kapal selam Nanggala. Sungguh memperihatinkan, Indonesia hanya memiliki 5 kapal selam namun masih berani menganggap sebagai negara Maritim? Sungguh merupakan bentuk upaya bunuh diri politik yang apik, apalagi ditambah dengan sistem utang luar negeri yang menjerat sebagai skema pembiayaannya menjadikan Indonesia semakin tidak berdaya. Dengan mudahnya negara-negara asing mendikte apa yang semestinya menjadi urusan rahasia negara yaitu pertahanan dan keamanan negara.

Terdapat tiga kelemahan yang sebenarnya sedang terjadi hari ini; pertama adalah kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif yang terbukti ambigu, tak pernah bisa mengantar negara ini menjadi negara ula (red_pertama/adidaya), selamanya akan tetap menjadi negara pembebek. Kedua ada ketidakjelasan skema pembiayaan departemen pertahanan dan keamanan negara, yang berarti juga mencerminkan kelemahan skema pendapatan negara dalam mengampu kebutuhan pokok negara, yaitu pertahanan dan keamanan. Yang ketiga adanya kelemahan visi dan misi pemimpin negara. Nyatanya pemimpin hari ini tidak memiliki konsep yang jelas untuk memimpin sebuah bangsa yang berdaulat dan cinta kemerdekaan serta perdamaian.

Oleh karena itu, bagaimana mengatasi berbagai polemik yang muncul saat ini? Solusinya adalah menghapus sistem yang berkuasa sekarang yaitu sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam. Satu-satunya sistem yang secara filosofis dan historis terbukti mampu menjadi satu-satunya negara adidaya. Sistem politik Islam memiliki kekuatan jihad dan dakwah sebagai aktivitas politik luar negeri sehingga mampu menguasai 2/3 dunia.

Adalah wajar bagi negara berideologi, cara untuk membangun pertahanan negara yang kuat adalah dengan kekuatan militer. Sebagaimana Amerika hari ini adalah negara pengusung ideologi kapitalisme. 60% pendapatan dari penjualan senjatanya digunakan kembali untuk semakin memperkuat pertahanan. Baik untuk pengembangan IPTEK persenjataan maupun SDM.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal : 60 yang artinya,” Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya”.

Beranjak dari ayat ini, maka pemimpin di dalam Islam tidak akan menganggap enteng pertahanan negara. Ia akan fokus menjadikan negaranya tidak mudah disusupi musuh, baik secara pemikiran maupun wilayah kekuasaan. Maka mempersiapkan tentara adalah suatu kewajiban, termasuk di dalamnya adalah persiapan SDM, logistik, pelatihan, pendidikan dan sarana prasarana lain yang berhubungan dengan membentuk pertahanan yang kuat.

Demikian pula dengan skema pengadaan dan pembiayaan kekuatan militer. Upaya membiayai secara mandiri akan lebih ditekankan sebab, ketika kita bergantung kepada utang luar negeri saat itu pulalah kita sedang mempersilahkan negara lain untuk mencampuri urusan kita. Dan seperti itulah yang terjadi saat ini pada negara kita. Tak berdaya dan tak punya bargaining position dan kedaulatan dihadapan negara lain.

Hal ini sangat berbeda ketika di masa pemerintahan Islam. Bandingkan dengan perkataan Sultan Hamid II, sebagai Khalifah kaum Muslim yang menolak permintaan Yahudi tentang tanah Palestina. Khalifah pada saat itu disegani sebab militer kaum Muslim terkenal dengan kekuatan tempurnya.

Bagaimana juga kekuatan tentara Muhammad Al Fatih yang mampu menembus pertahanan Konstantinopel. Atau tentara Salahuddin Al Ayubi yang membebaskan Palestina dan lain sebagainya. Seharusnya begitulah kekuatan militer Islam, namun semua itu dapat diraih hanya dengan pengaturan Islam. Kemuliaan dan kedaulatan sebagai negara dan bangsa akan terwujud dengan penerapan Islam oleh penguasa dalam seluruh aspek kehidupan termasuk militer.[]

Wallahu a’ lam bish showab.