March 29, 2024

Beranda Islam

Terpercaya – Tajam – Mencerdaskan Umat

Ajaran Islam Terus Dihina, Kok Bisa?

Oleh: Fadrin (Mantan Aktivis Mahasiswa)

Dede Budhyarto, Komisaris PT PELNI dalam cuitan twitternya yang diunggah pada Senin (23/10) lalu memplesetkan Khilafah menjadi kata khilaf*ck. Cuitan tersebut terkait pemilih capres 2024 nanti agar tidak sembrono. Hanya saja redaksi redaksi “apalagi memilih Capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilaf*ck anti Pancasila, gerombolan yg melarang pendirian rumah ibadah minoritas” menjadi perhatian publik. (www.trenopini.com, 25/10/2022)

Apa yang disampaikan Dede tersebut jelas mengandung penghinaan terhadap ajaran Islam. Pengacara, Ahmad Khozinudin menanggapi hal ini dengan menyatakan bahwa pernyataan tersebut jelas-jelas telah melecehkan ajaran Islam dan menantang umat Islam.

Cendikiawan Muslim, Ustadz Ismail Yusanto juga menilai fenomena ini sangat mengerikan karena dengan mudahnya saat ini ajaran Islam dihina, “Orang-orang dengan ringannya menghina ajaran Islam,” tuturnya. Dan lebih mengerikan lagi, ujar UIY, itu semua dibiarkan saja oleh rezim. (mediaumat.id, 26/10/2022).

Sebagaimana kita ketahui, penghinaan terhadap ajaran Islam bukan kali ini saja terjadi. Seolah-olah kejadina ini tidak ada habisnya, selalu muncul fenomena serupa. Bukan hanya dari kalangan umum, bahkan muncul dari para tokoh publik dan pejabat negara sekalipun.

Hasto Kristiyanto, salah seorang kader PDI-P, juga sempat merendahkan ajaran ‘Khilafah’. Beliau menyandingkan ajaran Khilafah dengan ajaran terlarang seperti marxisme-komunisme, kapitalisme-liberalisme dengan sebutan radikalisme-khilafahisme.

Sempat juga menghebohkan dan mendapat banyak sorotan adalah kasus penghinaan ajaran Islam dan Ulama oleh mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Kasus ini menyulut emosi umat dan mendorong peristiwa 212 sebagai aksi bela Islam.

Sedangkan bagi kalangan umum, tentu fenomena penghinaan terhadap ajaran Islam ini tidak bisa terelakkan. Di luar negeri pun penghinaan terhadap nabi, ajaran Islam, simbol-simbol, bahkan yang paling ekstrim, yaitu pembakaran terhadap kitab suci al-Qur’an, juga terjadi.

Lantas mengapa rangkaian penghinaan terhadap Islam ini terus saja bermunculan? Akankah bisa diakhiri? Atau malah terus berulang dan semakin banyak kasusnya?

Setidaknya ada dua faktor penyebab penyebab rangkaian penghinaan terhadap Islam diantaranya adalah pertama, pembiaran dari para penguasa yang sekuler. Mereka seakan lemah, dalam arti lemah secara intelektual dan memang tidak ada spirit untuk mengenal Islam, mempelajari ajaran-ajarannya, simbol-simbolnya, dan para tokohnya secara utuh. Sehingga tidak pula tumbuh ‘spirit kepemimpinan’ berdasarkan intelektualitas Islam.

Diperparah lagi dengan tertanamnya paham sekuler di benak para penguasa di negeri-negeri Muslim. Mereka membebek dan mengambil pemahaman dari peradaban Barat, yang memang berupaya untuk memisahkan agama -termasuk Islam- dan ajaran-ajarannya secara utuh dari kehidupan publik. Agama dikembalikan kepada privasi masing-masing.

Para penguasa yang bercorak sekuler ini, alih-alih belajar dari peradaban Islam, yang ada justru mempelajari serta mencintai peradaban barat. Jadi terasa seperti mimpi kosong jika ingin  mewujudkan kehidupan yang Islami, karena untuk melindungi ajaran sendiri saja sangat lemah.

Akibat lainnya dari kepemimpinan penguasa (rezim) sekuler adalah berpotensi ditutupnya ruang diskusi dan ruang opini tentang Islam. Sehingga ‘kacamata wawasan’ tentang ajaran-ajaran Islam yang wajib dilindungi, termasuk ajaran khilafah, menjadi buram.

Selain itu, gaung tuntutan perlindungan terhadap ajaran Islam menjadi tak terdengar. Kalaupun ada ruang opini dan diskusi tentang Islam, itupun sifatnya terbatas dan hanya mengambil tema-tema yang sesuai dengan keinginan mereka.

Salah satu bukti yang terjadi di negeri ini adalah dengan diterbitkannya Undang-undang Ormas dan menyasar organisasi/kelompok dakwah. Beberapa organisasi dakwah yang menjadi korban penerapan UU tersebut ternyata selama ini yang paling sering membela dan mengopinikan Islam, serta berani menggaungkan tuntutan terhadap para penghina ajaran Islam.

Adapun faktor kedua yang mengakibatkan rangkaian penghinaan terhadap Islam sulit diputus, yaitu eksistensi ideologi Kapitalisme. Ideologi inilah yang sangat berperan penting menyebarkan liberalisme (paham kebebasan) di tengah-tengah umat.

Atas nama hak dan kebebasan, para pembenci Islam senantiasa mendapatkan ruang untuk menghinakan Islam. Orang-orang ini dengan ringannya menghinakan Islam, bahkan secara terang-terangan. Mereka hanya akan dihentikan jika adanya tuntutan dari masyarakat itupun melalui desakan-desakan yang banyak dan kuat. Bila hanya segelintir orang yang menuntut maka jangan harap para penghina Islam dapat ditindak.

Fenomena miris ini hanya terjadi karena ideologi kapitalisme saat ini sedang memimpin dunia. Berbeda halnya jika Ideologi Islam yang memimpin. Seorang khalifah tidak akan mentolerir setiap tindakan dan upaya untuk menghinakan Islam.

Sultan Abdul Hamid II (1876–1909), yang merupakan Sultan ke-34 Kekhalifahan Utsmaniyah pernah marah besar dengan kelakuan pemerintah Prancis. Sultan Abdul Hamid yang dikenal lembut tidak bisa lagi menahan emosi ketika mendapat kabar bahwa Prancis akan menggelar pertunjukan teater  yang berniat menghina Nabi Muhammad SAW.

Sultan pun segera mengultimatum Prancis dan menegaskan, jika ia adalah pemimpin umat Islam di Balkan, Irak, Suriah, Lebanon, Hijaz, Kaukasus, Anatolia, dan Payitaht (Istanbul). “Akulah Khalifah umat Islam Abdul Hamid Han! Aku akan menghancurkan dunia di sekitarmu (Perancis) jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut!” ucap Sultan dengan nada geram sembari melemparkan koran yang berisi berita pertunjukan teater itu kepada legasi Prancis di Istanbul.

Sejarah kemuliaan itu tentu sulit untuk diulang tanpa diwujudkannya kedaulatan Islam. Serta tanpa adanya sosok pemimpin yang memiliki spirit Islam yang kokoh dalam dirinya. Para pembenci Islam kini senantiasa memiliki ruang untuk menghinakan Islam, tanpa khawatir keadilan akan menjemputnya.

Maka disinilah poin penting terkait perjuangan mengembalilkan kehidupan Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW. dulu perjuangkan. Kehidupan Islam dengan sosok pemimpinnya yang bertakwa, akan memberikan perlindungan terhadap Islam. Serta akan membuat perhitungan kepada siapapun, termasuk negara, yang lancang menghinakan Islam.[]

Wallahu a’lam bii shawab